Perusahaan konsultan PwC dan OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) mengkaji dampak teknologi kecerdasan buatan (AI) terhadap lapangan pekerjaan.
Hasilnya, AI memang berdampak positif dan negatif. Kehadiran AI dapat mengancam beberapa sektor pekerjaan punah. Positifnya, AI bisa memberikan jenis-jenis pekerjaan baru yang mungkin belum pernah terdengar saat ini.
"Sekitar 7 juta pekerjaan yang saat ini akan tergantikan oleh AI dan ada 7,2 juta pekerjaan baru yang akan terciptak. Sehingga memberikan tambahan 200 ribu lapangan pekerjaan baru," tulis PwC.
Beberapa sektor pekerjaan, kehadiran AI akan efek mengurangi pekerjaan tetapi jenis pekerjaan baru yang akan muncul dari penggunaan kecerdasan buatan justru lebih tinggi.
AI akan membuat lapangan pekerjaan di sektor kesehatan dan pekerjaan sosial (berkurang 12 persen), pendidikan (berkurang 18 persen), pekerjaan penelitian dan teknis (berkurang 18 persen), informasi dan komunikasi (berkurang 18 persen) dan akomodasi dan layanan makanan (berkurang 16 persen).
"Hanya 12 persen pekerjaan pada sektor kesehatan yang akan digantikan dengan adanya kecerdasan buatan. Sementara teknologi AI akan menciptakan 34 persen pekerjaan baru," prediksi PwC dalam laporannya seperti dikutip Business Insider.
Sektor pekerjaan yang akan sangat terpengaruh oleh perkembangan AI ini adalah pekerjaan-pekerjaan repetitif dan administratif yang tidak membutuhkan keahlian tinggi seperti keuangan dan asuransi (berkurang 25 persen pekerjaan), ritel (berkurang 28 persen), konstruksi (berkurang 15 persen), administrasi publik dan pertahanan (berkurang 23 persen), transportasi dan pergudangan (berkurang 38 persen) dan manufaktur (berkurang 30 persen).
"Pada sektor ini, AI akan berpengaruh besar terhadap ketersediaan pekerjaan. Sehingga jumlah pekerjaan yang ada saat ini akan tergerus dengan adanya otomasi dari kecerdasan buatan," pungkasnya.
Source | : | Business Insider |
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR