Dengan jumlah penduduk sebanyak 9 juta orang lebih, Jakarta adalah kota terpadat di dunia dan pusat kaum urban di Indonesia.
Karena itu, Jakarta harus mengadopsi teknologi smart city untuk meningkatkan kemampuannya sebagai ibu kota Indonesia.
Salah satu sistem koneksi penerangan terbesar di dunia sudah terbangun di Jakarta dan membantu Jakarta mewujudkan mimpinya menjadi kota pintar atau smart city.
Sebelumnya, sistem penerangan jalanan Jakarta masih menggunakan sistem yang konvensional tanpa ada kemampuan untuk mengawasi.
Tentunya, teknologi smart city Jakarta itu menggunakan teknologi digital komunikasi tercanggih saat ini termasuk teknolofi data berbagi dan analisis untuk membuat
Jakarta lebih hidup, fleksibel, makmur dan berkelanjutan.
Proyek smart city Jakarta itu turut mewakili nama baik Indonesia di tonggak sejarah transformasi smart city.
Proyek itu memperbarui 90 ribu lampu penerangan di jalan-jalan Jakarta dengan lampu hemat energi LED Phillips dan terhubung dengan sistem manajemen penerangan Philips CityTouch.
Setiaji (Kepala Smart City Jakarta) mengatakan salah satu tantangannya adalah bagaimana kami bisa mengintegrasikan sistem penerangan pintar ini dengan semua sistem smart city di Jakarta. Philips CityTouch sukses menjawab permasalahan itu karena solusi itu menawarkan sistem API, sebagai pintu gerbang komunikasi dan aplikasi yang intuitif.
"Dengan solusi ini, lampu jalan yang rusak gampang terdeteksi dan diperbaiki dengan cepat," ujarnya.
Salah satu keunggulan sistem Philips CityTouch yaitu menghubungkan setiap lampu penerangan di jalan dan performanya terhubung ke jaringan seluler operator Smart City Jakarta.
Sistem CityTouch yang pintar itu dapat menghubungkan Jakarta dengan berbagai sistem dalam satu waktu dan saling bertukar data untuk meningkatkan kemampuan operasi dan efisiensi.
Dengan target selama 7 bulan dan 430 titik lampu yang harus terhubung setiap harinya, proyek penerangan smart city Jakarta menjadi proyek penerangan jalan tercepat saat ini.
Penulis | : | Adam Rizal |
Editor | : | Adam Rizal |
KOMENTAR