Untuk mengetahui pandangan konsumen atas sebuah produk atau solusi, perusahaan biasanya menggunakan metode survei. Lebih dari itu, survei juga menjadi metode riset yang digunakan untuk mencapai kesimpulan untuk menjawab sebuah dugaan.
Hanya saja, tidak sedikit orang yang malas mengisi survei. Alasannya karena selain membutuhkan waktu untuk mengisinya, responden juga jarang mendapatkan reward setelah selesai mengisi survei tersebut.
Latar belakang inilah yang mendorong Anggit Tut Pinilih membuat konsep pengisian survei yang berbeda melalui platform JakPat (Jajak Pendapat). Dengan mengandalkan teknologi, mengisi survei pun menjadi lebih menarik karena bisa menjadi kegiatan di waktu luang sampai memeroleh imbalan.
Berbasis Online
Jajak Pendapat atau JakPat sendiri merupakan platform mobile survey yang menghubungkan antara responden dan siapapun yang membutuhkan survei, baik itu perusahaan atau mahasiswa.
Melalui aplikasi JakPat, para penyelenggara survei dapat memeroleh hasil survei dari narasumber yang disasar sesuai segmentasi (misalnya dari segi umur, jenis kelamin, pekerjaan, hobi atau pendidikan). Bahkan, penyelenggara survei bisa melihat respons dari para narasumber secara real-time saat itu juga.
Anggit menyebut, ide JakPat mengadopsi platform serupa dari negara-negara lain. Namun Anggit melihat peluang bagi Jakpat karena belum ada layanan yang mengelola platform survei ke pengguna mobile internet di Indonesia pada saat itu.
Layanan yang ditawarkan JakPat sendiri menyentuh dua sisi, yakni penyelenggara survei dan responden. Untuk penyelenggara survei, JakPat menyediakan dashboard di jakpat.id agar klien bisa langsung membuat survei, memilih demografi pengguna yang ingin disurvei, dan mengirimkan survei ke responden sesuai profil yang diinginkan.
Sementara di sisi responden, JakPat menyediakan mobile apps JakPat (iOS dan Android) yang memudahkan responden dalam mengisi survei dari klien. Agar para responden semangat mengisi survei, JakPat menyediakan reward atau hadiah dalam bentuk poin setiap kali mereka mengisi survei. Poin-poin yang telah mereka dapatkan nantinya bisa ditukarkan dalam banyak hal seperti pulsa gratis, uang tunai, maupun gadget.
Validasi Pengguna
Terkait validasi pengguna, Anggit mengklaim bahwa pengguna aplikasi JakPat telah melewati proses verifikasi yang ketat. Contohnya mereka harus mengisi formulir pendaftaran seperti nama, nomor handphone, KTP, serta data pribadi lainnya. Selain itu, JakPat juga memberikan pertanyaan seputar gaya hidup para pengguna, sehingga nantinya memudahkan klien untuk memilih peserta survei mereka. Anggit menambahkan, setiap jawaban user dan antar jawaban juga akan dicek konsistensinya.
Untuk menggunakan layanan survei ini, JakPat memberi tarif sesuai dengan ukuran survei mereka. Semakin banyak pertanyaan, tarif yang dikenakan pun semakin tinggi. Agar lebih fair, JakPat juga menggunakan formula kesulitan sebagai parameter untuk menentukan tarif survei.
Untuk membayar imbalan, JakPat menyediakan berbagai metode pembayaran, mulai dari transfer bank, kartu kredit, hingga PayPal. Sejak aplikasi web-nya diluncurkan pada Oktober 2014 lalu, hingga kini sudah ada 166 lebih perusahaan yang menjadi klien JakPat.
Uniknya, selain menargetkan perusahaan, startup yang beranggotakan lima belas orang ini juga kerap digunakan oleh mahasiswa yang berkutat dengan penelitiannya. Harga yang dipatok pun cukup murah yakni mulai dari Rp1.000 untuk satu pertanyaan per satu responden.
Anggit menyebut, selama ini pengguna platform JakPat kebanyakan perusahaan konsumen (B2C) mulai dr consumer goods, retail, services, dan ekosistemnya (seperti agency dan media). Beberapa perusahaan besar seperti Accenture, Indomaret, dan Digital Asia adalah contoh beberapa perusahaan yang telah menggunakan layanan JakPat ini.
Namun Anggit tak menampik jika survei online seperti Jakpat masih kerap dipertanyakan validasnya. Kondisi ini lantas mendorong Anggit untuk menjamin layanannya mampu bersaing, meski bukan menjadi satu-satunya platform survei online di Indonesia. “Kami mengutamakan kecepatan dan validasi yang dioptimasi lewat teknologi yang ada di mobile dibanding platform lain,” pungkas Anggit.
Penulis | : | Administrator |
Editor | : | Wisnu Nugroho |
KOMENTAR