“Selama ini, rencana bisnis perusahaan biasanya hanya menggunakan data masa lalu dan memproyeksinya untuk masa depan dengan menginput target dan tingkat pertumbuhan tahunan mereka,” ujar Jassy.
“Akan tetapi, dalam kondisi disrupsi seperti saat ini, ada banyak faktor lain yang juga bisa memengaruhi ketepatan proyeksi. Sebut saja kondisi alam,” tuturnya melanjutkan.
Amazon Forecast diharapkan bisa menjawab ketidaktepatan proyeksi karena faktor yang tak diperkirakan. Dalam melakukan analisis, data historis dan data kasual digunakan untuk melakukan proyeksi.
Data historis seperti jumlah inventori dan proses distribusi produk, dipadukan dengan data kasual seperti cuaca dan kondisi pasar - misal saat ada diskon untuk sejumlah event tertentu.
Data tersebut lantas dimasukkan lalu dianalisis Amazon Forecast melalui sembilan tahapan.
“Dengan menggunakan Amazon Forecast, pengguna tidak hanya akan mendapatkan proyeksi yang 50 persen lebih akurat. Namun, mereka juga bisa mereduksi biaya menjadi lebih hemat,” kata Jassy.
Inovasi pada machine learning memang yang terbanyak dan diperkenalkan langsung oleh CEO AWS.
Beberapa fitur baru lain diperkenalkan secara bergantian oleh para petinggi Amazon lain, yaitu Peter DeSantis, Terry Wise, dan Chief Technical Office (CTO) AWS, Dr. Werner Vogel.