Angin segar berhembus di tengah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Donald Trump (Presiden Amerika Serikat) dan Xi Jinping (Presiden Tiongkok) sepakat melakukan gencatan senjata perang dagang selama 90 hari ke depan dengan pembebanan tarif baru tersebut. Sebelumnya, Trump menyampaikan kepada Wall Street Journal bahwa dirinya tengah mempertimbangkan untuk secara paksa mengenakan tarif pada ponsel yang diimpor dari Tiongkok ke Amerika Serikat, termasuk Apple iPhone.
Hasilnya, konsumen di Amerika Serikat akan dibebankan pajak sebesar 10 persen dari tarif yang dikenakan untuk iPhone.
Dalam masa tenang ini, AS akan menangguhkan dana perpajakan sebesar USD200 miliar atau sekitar Rp2.848 triliun dari impor asal Tiongkok yang diperkirakan akan diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2019.
Namun grup produk yang akan dibebankan biaya pajak tersebut tidak termasuk iPhone, Apple Watch atau AirPods seperti dikutip Business Insider.
Produk itu menjadi bagian dari grup senilai USD267 miliar (Rp3.802 triliun) terkait impor tambahan dari Tiongkok, yang tengah Trump pertimbangkan untuk juga dikenakan pajak.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Tiongkok setuju untuk menurunkan angka perdagangan negara yang berlebih dengan pihak Amerika Serikat (AS).
Apabila kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok belum tercapai dalam kurun waktu 90 hari, tarif pajak dengan nilai awal USD200 miliiar Rp2.848 triliun) dan pajak tambahan senilai USD267 (Rp3.802 triliun) miliar yang berdampak pada produk Apple akan diberlakukan sesuai rencana awal.
Berdampak pada Harga Layar
Reuters melaporkan bisnis LCD telah lesu selama kuartal 1 dan 2 berturut turut pada tahun ini tetapi harga perangkat keras ini mulai membaik pada kuartal ke-3.
Namun, tren kenaikan harga LCD diprediksi tidak akan terjadi pada kuartal ke-4 tahun ini. Perusahaan riset Mordor Intelligence mengatakan saat ini nilai valuasi pasar panel display mencapai nilai USD 164 miliar atau sekitar Rp2.492 triliun.
Meskipun, angkanya besar tetapi prospeknya masih suram karena dibayangi kelebihan pasokan produk Tiongkok karena terkena terdampak ekonomi kebijakan perang tarif tersebut.
"Soal permintaan, volatilitas pasar terus berkembang karena ketidakpastian makro makin parah oleh kebijakan tarif, friksi perdagangan dan risiko valuta asing di negara berkembang," kata Don Kim (Executive Vice Presiden LG Display) seperti dikutip ChannelNewsAsia.
IHS Markit mengungkapkan saat ini LG Display menempati posisi kedua perusahaan dengan pengiriman unit panel LCD besar terbanyak, di bawah China BOE Technology Group Co Ltd.
LG Display membukukan laba operasional 140 miliar won (US $ 123,2 juta) atau mencapai Rp 1,8 triliun untuk kuartal Juli-September, setelah dua kuartal berturut-turut merugi.
Namun, pendapatan LG Display turun 12 persen dari tahun sebelumnya menjadi 6,1 triliun won atau setara Rp 81,8 triliun.