Find Us On Social Media :

Hastu Wijayasri, Sosok Programer Perempuan Difabel Indonesia

By Adam Rizal, Sabtu, 8 Desember 2018 | 11:00 WIB

Kiri-kanan: Hastu Wijayasri dan Tesya Nurintan, pengembang aplikasi Sukacare

"Melalui aplikasi difabel teman-teman tunanetra bisa meminta volunteer untuk membacakan buku materi yang dimintakan dosen. Kemudian volunteer akan mengirimkan rekaman audio bacaan materi sesuai permintaan tadi ke teman-teman difabel, " jelasnya.

Aplikasi ini belum final dan masih dalam tahap pengembangan. Tesya mengklaim aplikasi volunteer pengerjaannya sudah mencapai 95 persen dan untuk aplikasi difabel sudah rampung 70 persen.

Untuk sementara, aplikasi ini masih dalam tahap uji coba internal. Targetnya, menurut Tesya, Sukacare akan terpajang di toko aplikasi Android pada bulan Desember ini. Karena dirancang untuk penyandang tunanetra, antarmuka Sukacare pun disesuaikan.

Tombol mikrofon dibuat lebih lebar memenuhi layar dan minim teks untuk mempermudah penggunaan. Pendekatan berbeda Tesya sendiri menjadi fasilitator Hastu dalam pelatihan.

Ia mengaku menggunakan pendekatan berbeda karena keistimewaan Hastu dibanding peserta lain. Tesya memberikan beberapa tautan dan buku materi coding untuk dibaca Hastu, ketika dirinya menerangkan materi ke peserta lain.

"Kalau saya sudah selesai menjelaskan ke peserta lain, saya ke meja Hastu untuk mengarahkan atau menanyakan jika ada kesulitan," paparnya.

Menurut Tesya, Hastu masih bisa membaca gerak bibir lawan bicara jika berbicara dengan pelan. Namun jika memang kesulitan, ia akan menuliskan teks di layar komputer untuk mempermudah komunikasi.

Tesya sendiri berkesempatan mengikuti ajang kumpul developer Google I/O bulan lalu di California bersama empat delegasi lain dari DSC. Pernah minder Seperti remaja lainnya, Hastu kerap didera perubahan mood dalam menyelesaikan proyek ini.

Ia pun sempat ciut nyali di awal karena mengetahui sebagian besar peserta lain sudah lebih dulu mahir dalam coding.

"Ketika aku masih belum paham tentang developer itu, isinya orang-orang yang bisa mendengar semua dan sudah paham dunia developer. Aku merasa minder, bagaimana agar bisa seperti mereka?" aku Hastu.

Namun, mengingat tekadnya mengangkat nasib teman-teman difabel untuk mendapat kesempatan yang sama di dunia kerja, semangatnya pun kembali melejit hingga sekarang.

Saat ini, Hastu juga sedang mengikuti beasiswa Android Academy dan Dicoding, mitra training Google untuk kelas MADE (Menjadi Pengembang Android).