Find Us On Social Media :

Huawei Perkenalkan Teknologi untuk Manajemen Bencana di Indonesia

By Rafki Fachrizal, Selasa, 11 Desember 2018 | 17:59 WIB

Arri Marsenaldi (Executive Product Manager Huawei Indonesia)

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sedikitnya ada 1.134 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia selama periode tahun 2018 dengan jumlah korban yang terdampak dan mengungsi akibat bencana sebanyak 777.620 jiwa.

Menurut hasil penelitian, letak Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik menjadikannya memiliki kerentanan yang tinggi terhadap bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, serta kekeringan. Melihat itu, tentunya mitigasi resiko bencana sekiranya sangat penting diperhatikan untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh bencana tersebut.

Dalam konferensi pers yang digelar hari ini (11/12/2018) di Jakarta, Arri Marsenaldi selaku Executive Product Manager Huawei Indonesia mengatakan, "Terlepas dari reputasi yang mumpuni dalam penanggulangan bencana, seperti halnya beberapa negara lainnya, Indonesia pun masih dihadapkan dengan tantangan terkait sistem peringatan bencana serta respon terintegrasi dalam penanganan bencana.”

Selanjutnya, Arri juga menjelaskan bahwa tantangan fundamental yang sering dihadapi tersebut meliputi sulitnya memprediksi bencana alam seperti gempa dan longsor, serta kurangnya kesadaran warga yang tinggal di wilayah-wilayah rentan bencana.

Selain itu, adanya keterbatasan analisis data yang dapat menjadi rujukan sistem peringatan awal bencana (early warning) dan kualitas jaringan telekomunikasi yang tidak merata juga menjadi kendala dalam manajemen bencana di lokasi.

"Teknologi informasi dan komunikasi memiliki peran yang signifikan dalam manajemen bencana dan pengambilan keputusan terkait penanggulangan bencana. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem pusat komando terintegrasi yang melibatkan aspek kolaborasi antar pihak-pihak terkait, baik pemerintah pusat dan nasional, badan penggulangan bencana terkait, serta pihak pendukung lainnya," ungkap Arri.

Tidak hanya itu, pemanfaatan perangkat teknologi berbasis Internet of Things (IoT) seperti sensor, dan kamera pengawas, mobile base station dan jaringan eLTE, juga berpotensi besar dalam membantu proses pengambilan keputusan yang tepat dengan angka 60 persen lebih cepat.

Huawei sendiri telah memperkenalkan model manajemen bencana yang disebut 2P2R (Prevention, Pre Warning, Response, Recovery). Manajemen bencana ini dirancang secara efektif dalam mendukung dilakukannya langkah-langkah yang tepat terkait dengan upaya pencegahan, kesiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan bencana.

"Pengembangan berbasis teknologi ini menjadi kekuatan utama kami dalam menghadirkan solusi penanggulangan bencana yang mendukung terwujudnya upaya-upaya koloboratif yang lebih cepat, makin terintegrasi, serta andal," ujar Arri.

Pada tahap preventif, Huawei sendiri mengembangkan solusi-solusi untuk mengkaji risiko dan memetakan potensi rawan bencana yang akan menjadi landasan dalam manajemen risiko dan tanggap bencana, serta dalam membangun rencana tanggap darurat dan simulasi tanggap bencana bagi pihak-pihak terkait.

Solusi pemetaan risiko bencana yang dikembangkan oleh Huawei, juga mampu mendukung penggelaran dan pengalokasian sumber-sumber daya pendukung secara cerdas dan terukur di lokasi-lokasi yang tepat.

Dalam mendukung tersedianya platform kolaboratif untuk memfasilitasi pihak-pihak terkait untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan peringatan dini bencana, Huawei memperkenalkan teknologi pengumpulan data multi kanal dan pengintegrasian data untuk keperluan analisis bencana.