Find Us On Social Media :

Inggris Kembangkan Robot Mikro untuk Bekerja di Fasilitas Nuklir

By Adam Rizal, Jumat, 4 Januari 2019 | 16:00 WIB

Inggris Kembangkan Robot Mikro untuk Bekerja di Fasilitas Nuklir

Pemerintah Inggris menginvestasikan jutaan Euro untuk mengembangkan robot mikro yang akan bekerja di jaringan pipa bawah tanah dan tempat berbahaya seperti fasilitas nuklir yang non-aktif.

Chris Skidmore (Menteri Sains Inggris) mengatakan pemerintah akan mengucurkan investasi senilai 26,6 juta Euro atau sekitar Rp441 miliar di 15 proyek, termasuk pengembangan robot untuk operasi pipa bawah tanah.

"Untuk saat ini, kita hanya dapat memimpikan sebuah dunia dengan perbaikan jalan tanpa mengganggu aktifitas. Robot-robot memperbaiki pipa ini menandai awal teknologi yang menjadikan mimpi itu menjadi kenyataan di masa depan," kata Skidmore seperti dilansir The Guardian.

Tentunya, penempatan robot mikro di jaringan pipa itu tidak akan berdampak pada lalu lintas karena memang lebih aman menggunakan robot.

Program penelitian kolaboratif itu juga akan melibatkan para ilmuwan dari sejumlah universitas, seperti Birmingham, Bristol, dan Leeds.

Kepala Eksekutif UK Research and Innovation, Sir Mark Walport, mengatakan robot dan kecerdasan buatan akan merevolusi cara kita melakukan tugas-tugas yang rumit dan berbahaya.

"Pengembangan teknologi baru ini akan meningkatkan keselamatan dan meningkatkan produktivitas serta efisiensi," kata Walport.

Gantikan Manusia

Perkembangan robot berbasis kecerdasan buatan (AI) patut membuat manusia khawatir karena kehadiran robot-robot itu dapat menggantikan peran manusia sebagai pekerja di perkantoran dan pabrik.

Tentunya, kehadiran robot-robot pintar itu sangat menguntungkan bagi pengusaha karena ongkosnya yang murah tetapi merugikan para pekerja yang terpaksa harus memberikan lapangan pekerjaannya.

Studi World Economic Forum (WEF) mengungkapkan penggunaan robot dapat meningkatkan keuntungan perusahaan sekarang signifikan dan robot akan memiliki 'peranan baru' bagi manusia.

"Pada 2025, lebih dari setengah atau 52 persen dari semua tugas manusia di tempat kerja saat ini akan dilakukan oleh mesin. Saat ini persentase penggunaan mesin baru 29 persen," kata WEF seperti dikutip AFP.