Namun harus diakui, para petani belum akrab dengan penggunaan teknologi untuk meningkatkan hasil panen. Alhasil, tantangan terbesar BIOPS Agrotekno adalah memperkenalkan solusi mereka ke petani.
Untuk menjawab tantangan tersebut, BIOPS Agrotekno mencoba menyasar petani yang memiliki pengaruh di komunitas petani. Pemilik lahan paprika di Cisarua ini, misalnya, adalah kepala paguyuban petani di daerah tersebut. Dengan begitu, inisiatif penggunaan Encomotion langsung menjadi perhatian anggotanya. “Beberapa petani ada yang penasaran datang ke sini untuk melihat solusi Encomotion” ungkap Fahri.
Namun harus diakui, usaha mewujudkan pertanian Indonesia yang melek teknologi masih panjang. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat dua anak muda ini. “Idealisme saya sih pelan-pelan ingin memodernkan pertanian dan membantu petani yang kesusahan dalam hal produksi” ungkap Fahri.
Sementara Bowo menunjuk data petani Indonesia yang terus turun, sementara kebutuhan produk pangan akan terus meningkat seiring kenaikan jumlah penduduk. “Berarti kita harus bisa mengoptimalkan pertanian yang ada” ungkap Bowo.
Semoga saja, langkah BIOPS Agrotekno dan startup agritech Indonesia lainnya akan berbuah manis suatu hari nanti.