Saat ini Huawei berada di titik mengenaskan dalam perjalanan bisnisnya, mengingat beberapa negara yang dipelopori Amerika Serikat (AS) menolak dan melarang penggunaan perangkat Huawei di negaranya.
AS dan sekutunya menuduh Huawei memiliki tugas ganda dalam bisnisnya yaitu memberikan data-data pengguna atau pelanggan kepada pemerintah Tiongkok. Mereka juga menuduh Huawei memata-matai pengguna dan negara di tempat Huawei beroperasi.
Tentunya, pemerintah Tiongkok tidak tinggal diam melihat perusahaan teknologinya Huawei diperlakukan semena-mena.
Kali ini, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menyatakan penggunaan kekuatan negara untuk mendiskreditkan sebuah bisnis resmi adalah tidak fair dan imoral.
"Dengan latar belakang politik yang penuh muslihat, perbuatan (memboikot Huawei) ini tidak bisa diterima," katanya seperti dikutip South China Morning Post.
"Tentu tiap negara berhak melindungi keamanan informasi mereka, namun mereka tidak bisa menggunakan keamanan sebagai alasan untuk merusak atau bahkan mencekik operasi bisnis yang resmi" ucapnya.
"Apa yang dilakukan pemerintah seharusnya menyediakan lingkungan bisnis yang adil dan transparan. Biarlah keberlangsungan bisnis perusahaan itu ditentukan oleh kompetisi pasar," pungkasnya.
Huawei telah dilarang menggelar layanan 5G oleh pemerintah AS, Australia, dan Selandia Baru. Berita terkini menyebutkan operator besar Vodafone di Inggris menunda pembelian perangkat Huawei di jaringan intinya di Eropa.
Huawei saat ini masih penyedia infrastruktur terbesar di dunia, di atas Ericsson dan Nokia. Di Eropa, pangsa pasar mereka mencapai 35 persen.
Dituduh Curi Rahasia Dagang
Huawei sendiri berkali-kali diserang Pemerintah AS. Setelah tuduhan mata-mata, kali ini Departemen Kehakiman AS menuding raksasa China itu mencuri rahasia dagang dari mitra operator seluler AS, T-Mobile.
Dugaan tertuju pada salah satu karyawan Huawei yang diduga mencuri teknologi robot T-Mobile bertajuk "Tappy" pada 2014 silam. Karyawan Huawei diduga memasukkan satu robot Tappy ke tas laptopnya ketika melakukan kunjungan, lalu tak dikembalikan lagi.
Menurut laporan gugatan, karyawan Huawei tersebut tak hanya mencuri robot, tapi juga mencuri informasi jeroan teknologi robot T-Mobile.
Walhasil, dengan teknologi hasil curian ini, Huawei diduga telah meraup keuntungan ratusan juta dollar AS berkat teknologi T-Mobile.
Jika dilihat kebelakang, kejadian ini bermula dari tahun 2014. Kala itu, T-Mobile diketahui menggaet Huawei untuk membuat ponsel khusus T-Mobile.
Kala itu, karyawan Huawei disebut mencuri salah satu robot T-mobile yang biasanya digunakan untuk tahap pengecekan kualitas (QC) dan simulasi penggunaan ponsel. Pihak T-Mobile juga menuduh Huawei mencuri source code dan rahasia dagang dari perusahaan lainnya.
Meski begitu, belum diketahui perusahaan lain yang dirugikan Huawei. Hal ini mengingat Departemen Kehakiman AS, T-Mobile, dan Huawei juga bungkam terkait temuan WSJ.