Find Us On Social Media :

2 Keunggulan Satelit Multifungsi Satria, Murah dan Jangkauan Luas

By Adam Rizal, Sabtu, 2 Februari 2019 | 16:00 WIB

BAKTI

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang membangun satelit multifungsi Satelit Republik Indonesia (Satria) untuk meratakan internet cepat di Indonesia.

Direktur Utama BAKTI Anang Latif mengatakan Satria yang akan rampung pada 2023 akan menjadi andalan bagi daerah-daerah yang sulit terjangkau jaringan kabel serat optik untuki terhubung ke internet cepat.

"Pemerintah akan membangun satelit dengan teknologi High Throughput untuk menghadirkan internet cepat," katanya.

Satelit Satria yang berbasis satelit High Throughput memiliki keunggulan yaitu biayanya yang efisien dan cakupan jangkauan Internetnya yang luas. Sebagai perbandingan,

Satelit konvensional mengharuskan BAKTI menggelontorkan uang sewa sebesar Rp18 juta untuk setiap megabite per detik (Mbps).

Sedangkan, satelit multifungsi berbiaya per Mbps, dapat menjadi lebih murah yaitu Rp1 juta per Mbps.

"Satelit ini menjawab persoalan konektivitas. Ke depannya kita bisa mendorong sektor konten dan aplikasi," kata Anang.

BAKTI menargetkan tahun ini dapat menandatangani kontrak dan menyelesaikan urusan administrasi agar Satria dapat dibangun mulai awal 2020.

BAKTI memperkirakan satelit akan selesai dibangun dalam tiga tahun dan akan beroperasi pada 2023.

Pemerintah menargetkan satelit Satria dapat menjangkau 149.400 titik yang membutuhkan layanan Internet cepat untuk mendukung kebutuhan dalam pendidikan, kesehatan, pemerintahan daerah serta pertahanan dan keamanan.

Sewa Satelit

BAKTI menandatangani perjanjian kerja sama dengan lima operator untuk penyediaan kapasitas satelit yang dapat menyediakan internet cepat.

"Untuk menjawab kebutuhan internet cepat," kata Anang.

Setelah melalui proses lelang, lima perusahaan terpilih untuk kerja sama penyediaan kapasitas satelit sebesar 21 Gbps, yaitu PT Aplikasinusa Lintasarta, PT Indo Pratama Teleglobal, Konsorsium Iforte HTS, PT Pasifik Satelit Nusantara dan PT Telekomunikasi Indonesia.

Kerja sama senilai Rp7,5 triliun selama lima tahun, 2019-2024, ini dilakukan sambil menunggu konstruksi satelit multifungsi pemerintah selesai pada 2023.

Pemerintah menyewa satelit yang berada di atas wilayah Indonesia untuk menjawab kebutuhan internet cepat sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T) tidak perlu menunggu hingga 2023.

"Pertengahan 2019 bisa menggelar internet cepat di Indonesia," kata Anang.

Penyediaan kapasitas satelit telekomunikasi ini juga dimanfaatkan untuk mendukung program Layanan Akses Internet (BAKTI Aksi) dan layanan backhaul BTS (BAKTI Sinyal).

Pemerintah berupaya membuat internet cepat merata hingga ke daerah 3T (Terdepan, Tertinggal, dan Terluar) agar penduduk di wilayah tersebut dapat merasakan Internet yang sama cepatnya dengan akses di Jakarta atau ibu kota lainnya.

Untuk mendukung program tersebut, Kementerian Kominfo membangun tulang punggung infrastruktur jaringan Palapa Ring yang menggelar kabel serat optik di darat maupun di dalam laut.