Find Us On Social Media :

Inilah 7 Tren Serangan Siber yang akan Hantui Indonesia Tahun ini

By Adam Rizal, Jumat, 8 Februari 2019 | 11:00 WIB

Inilah 7 Tren Serangan Siber yang akan Hantui Indonesia Tahun ini

Kehadiran alat-alat eksploitasi (script-based) yang bersifat customizable pun memudahkan para pemain baru untuk terjun ke dunia ini.

4. Ancaman dari celah keamanan hardware

Serangan siber juga dapat memanfaatkan celah sekuriti di perangkat keras. Dengan kata lain, para siber bakal bisa memanfaatkan kelemahan sistem yang ditimbulkan dari sisi hardware.

Misalnya, pelaku cyber-crime mengeksploitasi "bug" pada CPU agar bisa melakukan pengumpulan data penggunanya.

5. Serangan dari sosial media

Serangan siber juga marak di media sosial, memanfaatkan lingkaran pertemanan para penggunanya untuk beredar. Pada beberapa layanan tersebut, banyak pelaku yang memanfaatkan sosial media untuk bisa menggaet minat pengguna untuk "mengklik" konten tersebut.

Misalnya, pengguna biasanya mengklik tautan-tautan pada sosial media tanpa tahu isinya. Padahal, link tersebut bisa mengalihkan trafik (redirect) ke situs yang berbahaya

6. Serangan siber untuk "penghancur" suasana

Jenis serangan ini bertujuan mengganggu dan memperkeruh suasana atau makna dari sebuah event besar. Biasanya, serangan siber jenis ini membidik acara yang digandrungi oleh orang banyak.

Mereka berbuat demikian lantaran ingin dikenal keberadaannya oleh khalayak. "Mereka ingin semua orang memperhatikan siapa dia, menggunakan apa untuk meretas, dan lain sebagainya," jelas Dony.

Dony pun menambahkan bakal ada aneka event besar di kemudian hari yang bakal memicu para pelaku kejahatan siber untuk melakukan niat buruknya. Oleh karena itu, pengguna diharapkan waspada.

7. Serangan siber lewat smartphone

Dony memprediksi bahwa serangan melalui jalur perangkat mobile bakal marak di tahun 2019. Sebab, pengguna smartphone kian bertambah setiap tahunnya.

Beberapa pengguna pun kebanyakan tidak mengerti sistem keamanan pada ponselnya, seperti perizinan aplikasi, yang bisa jadi membaca seluruh data pengguna yang ada di ponsel.

"Tren ini yang menarik para pelaku cyber-crime, karena kebanyakan orang tidak memperhatikan sekuritinya," ujar Dony.

"Mereka juga lebih mementingkan memperbarui teknologi smartphone ketimbang sistem keamanan di ponsel," pungkasnya.