Find Us On Social Media :

Tips Supaya Investor Asing Betah Tinggal di Indonesia ala Bos Blibli

By Adam Rizal, Rabu, 20 Februari 2019 | 18:00 WIB

Ilustrasi Startup Lokal

Indonesia sangat membutuhkan pendanaan investasi asing untuk mendorong geliat startup dan e-commerce di Indonesia.

Blibli menyambut baik kehadiran investasi asing di Indonesia karena sangat membantu pendanaan untuk perusahaan di Indonesia.

CEO Blibli Kusumo Martanto meminta pemerintah untuk membuat regulasi supaya investor asing mau bertahan lama di Indonesia karena jika investor asing tiba-tiba keluar, dampaknya bisa menyerempet hingga tenaga kerja kehilangan pekerjaannya.

"Kalau asing kapan aja enggak suka, sudah terjadi juga loh ya di startup kalau diikuti dari tahun 2011 sampai sekarang sudah beberapa sudah pull out juga," kata Kusumo di Jakarta.

Kusomo mengatakan kehadiran regulasi pemerintah itu akan membuat investor asing lebih betah dalam jangka waktu yang panjang, mengingat bisnis e-commerce di Indonesia saat ini masih dalam tahap 'bakar duit' dan belum bisa mendapat untung.

"Jika investor asing terima untung, maka mereka untuk bertahan lebih lama di Indonesia," ucapnya.

Meskipun keberadaan investor asing penting, Kusomo juga menegaskan investor lokal juga memiliki andil yang besar. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan aset Indonesia yang bisa saja lari ke investor asing.

"Kasih juga apresiasi buat investor dalam negeri. Kalau kita supportnya lokal, investor orang lokal. Kalau ada apa-apa hilang kan enggak bisa. Kan tetap di sini," katanya.

Hal senada dikatakan Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Ignatius Untung.

"Kalau saya melihatnya, investasi asing itu perlu, terutama untuk e-commerce karena bisnisnya multidisiplin, cari uang, dapat, usaha sekeras-kerasnya, uangnya habis, cari lagi, begitu kan? Tiap ada pendanaan baru, valuasinya naik," ujarnya.

"Nah, sekarang bicara unicorn terbesar di Indonesia itu valuasinya sudah di atas Rp 100 triliun, sementara orang terkaya di Indonesia, kalau nggak salah, uangnya Rp 500 triliun. Artinya, kalau dilihat dari nilai perusahaan ini, cuma dua orang atau keluarga yang bisa beli perusahaan ini," tuturnya.

Jika investasi asing ke startup dibatasi, maka perusahaan ini tidak akan tumbuh. Sebab, orang Indonesia yang bisa membeli perusahaan tersebut hanya terhitung dengan satu jari.