Rhizophora rhizophora, Pidada pidada, Ada api-api, ada api-api di lumpur, di lumpur
Ikan gelodok, ikan gelodok Kepiting, kepiting Di mangrove, di mangrove.
Sayup-sayup terdengar suara anak-anak SDN Paoman IV, Indramayu, menyanyikan lagu tentang mangrove. Lagu ini diadaptasi dari lagu anak-anak “Where is thumb”.
Siang itu kami berkesempatan melihat proses pembelajaran PLH Tematik Mangrove di sekolah ini. Kabupaten Indramayu dengan garis pantai 114,1 kilometer merupakan provinsi pertama di Indonesia yang menerapkan kurikulum muatan lokal PLH Tematik Mangrove.
Salah satu masalah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Indramayu adalah abrasi. Abrasi merupakan pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang sifatnya merusak. Aktivitas pembangunan juga turut mendorong terjadinya abrasi.
Menurut data dari Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Indramayu, sekitar 60 persen garis pantai sudah tergerus abrasi. Banyak warga terpaksa pindah dan membangun rumah yang letaknya jauh dari pantai.
Penanggulangan abrasi sudah dilakukan salah satunya dengan membangun tanggul penahan ombak (break water) dan menanam kembali hutan mangrove. Restorasi hutan mangrove diinisiasi oleh kelompok Pantai Lestari di Desa Karangsong, Indramayu, sejak 2008.
Usaha ini membuahkan hasil. Tanaman mangrove tumbuh subur dan lebat. Pemerintah Kabupaten Indramayu pun berkomitmen untuk melestarikan mangrove di pantai utara Jawa, dengan ditetapkannya beberapa areal konservasi mangrove, yakni mangrove di Desa Karangsong untuk ekowisata, mangrove di Desa Pabean Udik untuk penelitian dan pengembangan, mangrove di Desa Lamaran Tarung untuk pusat nursery dan sumber benih.
Sejak dini, para murid SD ini diajarkan menanam mangrove sebagai bagian dari pelestarian lingkungan
Namun, tongkat estafet penjaga lingkungan pantai Indramayu harus diteruskan ke generasi selanjutnya agar pelestarian hutan mangrove terus berjalan dari generasi ke generasi. Karenanya, pendidikan karakter sejak usia dini pun dikembangkan. Pemerintah Kabupaten Indramayu, melalui Dinas Pendidikan dengan dukungan PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Tematik Mangrove.
Muatan lokal PLH Tematik Mangrove ini diperuntukkan bagi sekolah dasar di pesisir pantai. Kurikulum muatan lokal ditentukan berdasarkan kompetensi, keadaan, dan kebutuhan masing-masing daerah. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Ali Hasan, dalam kurikulum harus dimasukkan konsep berpikir mengenai bagaimana melestarikan lingkungan. “Dengan adanya mangrove ini, iklim Indramayu jadi lebih baik. Sebelum ini panas sekali. Sekarang, angin pantai disaring oleh pohon mangrove, ikan-ikan kecil bertambah karena akar mangrove sebagai tempat bertelur,” kata Ali Hasan saat kami melakukan kunjungan ke kantornya.
Tujuan pembelajaran PLH Tematik Mangrove adalah terbentuknya generasi muda yang memiliki kecintaan dan komitmen untuk memelihara lingkungan. Kekayaan alam dapat memberikan kontribusi yang baik apabila manusia menjaganya dengan baik. Selain berdampak terhadap pendidikan, program mangrove ini diharapkan dapat meningkatkan kesehatan dan bernilai ekonomi.
Perjalanan sekolah mangrove dimulai pada 2016. Sekolah mangrove merupakan sekolah formal tingkat dasar yang menerapkan mata pelajaran PLH Tematik Mangrove sebagai muatan lokal. Tiga sekolah dasar berpartisipasi dalam pengenalan dan penyebarluasan pengetahuan mangrove, yaitu SDN Karangsong 1, SDN Pabean Udik 1, dan SDN Unggulan Indramayu.
Kegiatannya baru sebatas penyuluhan dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang sedang melakukan KKN kepada guru dan siswa SD kelas 4,5, dan 6. Guru-guru juga diberi kebebasan dalam mengajar dengan mengintegrasikan topik mangrove ke mata pelajaran terkait.
Tahun berikutnya, bertambah lagi delapan sekolah dasar yang mereplikasi program ini. Pendidikan karakter yang diimplementasikan dalam kegiatan ekstrakurikuler wajib diharapkan dapat bermanfaat bagi para siswa di Indramayu. Selain itu juga diadakan workshop Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove untuk guru 11 sekolah dasar di Kabupaten Indramayu.
Untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, pembekalan-pembekalan pun diberikan kepada kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah. Pembekalan diberikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, melalui tim pengembang kurikulum dan LSM yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Selain pembekalan untuk guru, perangkat pembelajaran seperti buku pegangan siswa, lembar kerja siswa, buku panduan guru, dan buku kurikulum muatan lokal dilengkapi oleh Dinas Pendidikan.
Inilah generasi baru penjaga pesisir Indramayu
“Saya paling senang dengan topik mitigasi bencana,” jawab Sasa, murid kelas 6 SDN Paoman IV. Mitigasi bencana merupakan salah satu subtema Pendidikan Lingkungan Hidup Tematik Mangrove yang diajarkan di kelas. Melalui mitigasi bencana, Sasa belajar bagaimana mengurangi risiko bencana dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi ancaman bencana.
Selain belajar di dalam kelas, anak-anak juga belajar tentang pembibitan secara langsung. Benih mangrove jenis Rhizophora paling sering digunakan untuk pembibitan di SDN Paoman 1. Benih jenis ini paling banyak dan mudah didapat, dari kelompok Pantai Lestari. Beberapa anak dengan bangga memamerkan tanaman yang ditanamnya setahun yang lalu.
Antusiasme Sasa dan teman-temannya menerbitkan optimisme lahirnya generasi baru yang melanjutkan estafet pelestarian lingkungan. Sambil meninggalkan sekolah, kembali terngiang lagu yang dinyanyikan siswa SDN Pasekan I dan Paoman IV.
Hindari abrasi, mari tanam mangrove. Hindari tercemar, mari tanam mangrove
Hindari tsunami, mari tanam mangrove. Hindari bencana, mari tanam mangrove.