Find Us On Social Media :

Cerita Penjaga Bumi Indramayu

By Administrator, Kamis, 28 Februari 2019 | 13:38 WIB

Mereka tak punya keterampilan khusus untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Sebagai industri yang memiliki risiko yang tinggi, aspek keamanan dan keselamatan menjadi perhatian khusus bagi Pertamina RU VI Balongan.

Alhasil, dibukalah lowongan pekerjaan untuk tenaga pengawas keamanan dan keselamatan kerja (K3) bagi pemuda di Kecamatan Balongan. Pelatihan K3 juga diberikan oleh Pertamina RU VI, karena sebagian besar pemuda belum memiliki keterampilan dan keahlian khusus yang diperlukan untuk menjadi tenaga pengawas atau safetyman.

Pada 2011, Pertamina RU VI Balongan bekerja sama dengan Disnaker Kabupaten Indramayu sukses mengadakan pelatihan safetyman. Disnaker Kabupaten Indramayu mengeluarkan sertifikat pelatihan K3.

Saat itu, peserta pelatihan berasal dari empat desa penyangga di Kecamatan Balongan, yaitu Desa Sukaurip, Desa Majakerta, Desa Balongan, dan Desa Sukareja. Seleksi yang harus ditempuh sebelum mengikuti pelatihan safetyman adalah seleksi administrasi, psikotes, wawancara internal, dan tes kesehatan.

Seleksi administrasi antara lain berusia 18-25 tahun, pendidikan minimal SMU, tinggi minimal 165 cm (pria) dan 150 cm (wanita), dan berdomisili di Kecamatan Balongan. Sejak 2011-2017, sudah sekitar 85 orang dari lima angkatan yang lolos seleksi untuk pelatihan safetyman, enam di antaranya wanita.

“Karena dirotasi setiap bulannya, saya jadi belajar banyak, pengetahuan bertambah juga,” tutur salah seorang safetyman yang kami temui ketika bekerja di lapangan. Karena area kilang Balongan sangat luas (240 hektare), kami pun diantar berkeliling dengan menggunakan mobil oleh Nyono, Senior Supervisor PSM Regulation & Standard. Ia adalah supervisor para safetyman di lapangan.

Sebelum memasuki unit, terdapat papan informasi mengenai alat pelindung diri apa yang perlu dipakai selama bekerja. Riyan, salah satu safetyman angkatan pertama memberi penjelasan. Ia sedang mengawasi jalannya kegiatan di lapangan.

Saat itu, ada seorang pekerja yang memeriksa mesin di ketinggian. Peraturannya adalah untuk pekerjaan di ketinggian minimal 180 cm, pekerja diwajibkan memakai pelindung jatuh perorangan atau body harness

Saela, salah satu peserta pelatihan, merasa tertantang ketika program pelatihan dibuka. Baginya, pekerjaan sebagai safetywoman menarik dan penuh tantangan. Selain itu, keinginan untuk meningkatkan perekonomian keluarga juga menjadi alasan mereka untuk mengikuti pelatihan.

Bagi sebagian besar pemuda di Balongan, program pemberdayaan pemuda berbasis safetyman ini sangat membantu mereka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta mengurangi tingkat pengangguran.

Tidak sekadar dipakai di badan, body harness juga harus terikat pada bagian alat berat atau tempat yang mampu menahan bobot pekerja. Bisa dibayangkan, dengan memakai coverall, lingkungan kerja yang panas, serta bau bahan kimia membuat keadaan kerja tidak nyaman.

Sering kali ketidaknyaman itu membuat pekerja malas memakai APD. Kesulitan intervensi pekerjaan di lapangan adalah salah satu hambatan yang paling sering dikeluhkan oleh safetyman. Seperti disebutkan di atas kondisi di lapangan yang panas terkadang membuat suasana hati menjadi panas juga.