Cybersource SEA Fraud Benchmark 2018 melaporkan bahwa 1,6 persen pendapatan e-commerce di Asia Tenggara hilang akibat tindak kecurangan. Khusus Indonesia, kerugian yang ditimbulkan akibat tindak kecurangan sebesar 3,2 persen.
Grab yang kini berstatus startup decacorn melakukan investasi besar untuk mengembangkan sistem keamanan yang lebih kuat dengan dukungan machine learning dan kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi dan mencegah kecurangan pada platform Grab.
"Setiap hari, machine learning kami menganalisis jutaan data secara realtime untuk mendeteksi pola kecurangan, baik yang telah ada maupun baru. Tindak kecurangan terus berevolusi, kami pun membangun algoritma yang berevolusi dan mempelajari polanya sehingga selangkah lebih maju dari kejahatan pelaku," kata Head of User Trust Grab, Wui Ngiap Foo di Jakarta.
Hasilnya, menurut penelitian independen Spire Research and Consulting, tingkat penipuan di Grab kurang dari satu persen ketimbang kompetitor.
Keberhasilan menurunkan tindak kecurangan ini membuat Grab membuka teknologi keamanannya ini untuk para partner bisnisnya.
"Kami ingin berbagi keahlian yang kami miliki dengan para mitra yang mungkin menghadapi masalah yang sama. Kita harus bahu membahu mengatasi masalah demi sistem teknologi yang lebih kuat di Asia Tenggara," tutur Wui Ngiap Foo.
Grab Defence, berbasis pada sistem API kecerdasan buatan dan machine learning, hingga database yang dimilik Grab.
Grab Defence terdiri dari tiga hal, yakni event risk management suite yang memungkinkan pelaku bisnis bisa menilai risiko dari peristiwa atau transaksi.
"Ini terdiri dari serangkaian API untuk mengevaluasi risiko yang didukung oleh machine learning yang dipakai mitra bisnis untuk memprediksi risiko secara realtime, seperti investigasi atau analisis perilaku mencurigakan," katanya.
Kedua adalah entity intelligence services, yakni penggunaan database Grab serta keahlian mengidentifikasi berbagai jenis entitas perilaku kejahatan, misalnya nomor telepon, alamat email, dan lain-lain.
Contohnya, mitra bisnis bisa memakai database Grab untuk mendapatkan informasi nilai risiko dari pengguna baru. Jika angka risikonya rendah, mereka bisa mengizinkan pengguna masuk aplikasi tanpa lewat langkah tambahan.