Find Us On Social Media :

Mengenal ARM, perusahaan yang ada di setiap smartphone di dunia

By Wisnu Nugroho, Kamis, 23 Mei 2019 | 13:05 WIB

ARM, perusahaan asal Inggris yang menguasai pasar smartphone dunia

Kemarin kami menulis berita tentang keputusan ARM memutus hubungan bisnisnya dengan Huawei. Kami menyebut pemutusan tersebut pukulan paling fatal yang diterima Huawei, jauh lebih telak dibanding pemutusan hubungan bisnis oleh Google.

Mengapa? Karena ARM bisa dibilang penguasa dunia smartphone dunia. Semua smartphone yang ada saat ini praktis buatan ARM.

Anda mungkin bertanya, bukankah pembuat prosesor smartphone adalah Qualcomm, Samsung, atau Mediatek? Memang benar. Tapi semua prosesor itu pada dasarnya adalah “titisan” dari ARM.

Agar lebih jelas, berikut penjelasannya.

Beda Arsitektur

Secara umum, ada dua jenis arsitektur prosesor (baik untuk smartphone maupun komputer). Jenis pertama adalah RISC (Reduced Instruction Set Computer), jenis kedua CISC (Complex Instruction Set Architecture). Agak panjang jika harus menjelaskan keduanya, namun intinya RISC menggunakan instruksi yang sederhana, sementara CISC lebih rumit.

Masing-masing arsitektur memiliki kelebihan dan kekurangan. Instruksi RISC yang sederhana membuat performa RISC relatif lebih rendah dibanding CISC. Namun instruksi yang sederhana juga membuat arsitektur RISC lebih hemat daya. Sebaliknya, arsitektur CISC memiliki performa lebih tinggi, namun juga lebih boros daya.

Arsitektur RISC juga cocok digunakan untuk tugas yang spesifik, seperti untuk memproses algoritma game. Prosesor untuk PlayStation 1, 2, 3 dan Xbox adalah contoh produk yang menggunakan prosesor RISC. 

Arsitektur RISC inilah yang menjadi dasar prosesor ARM. Sementara contoh prosesor CISC adalah x86 yang digunakan Intel dan AMD.

Cuma Desain

ARM sendiri adalah perusahaan Inggris yang telah membuat prosesor sejak era 80-an. Namun model bisnis ARM sangat berbeda dengan produsen prosesor lain, seperti Intel.

Model bisnis Intel adalah menguasai semua lini produksi, mulai dari mendesain, membuat, sampai menjual prosesor. Sementara model bisnis ARM hanya mendesain saja. Desain ini kemudian dijual lisensinya kepada siapa pun yang mau membuat dan menjual produk akhirnya.

ARM sendiri memproduksi desain untuk microchip prosesor dan GPU. Desain prosesor dinamakan Cortex, sementara desain chip GPU disebut Mali. Desain inilah yang kemudian dibeli Qualcomm, Apple, Samsung, Nvidia, Mediatek, sampai Huawei.

Kalau secara desain sama, berarti performa prosesor Qualcomm sebenarnya sama dengan Mediatek atau Huawei? Belum tentu. Aturan lisensi ARM memungkinkan setiap pembeli lisensi untuk mengubah sesuai kebutuhan. Jadi meski desain dasarnya sama, performanya bisa berbeda.

Analoginya mirip seperti mesin Ferrari yang digunakan tim F1 Ferrari, HaaS, dan Alfa Romeo. Namun performa ketiga tim tersebut berbeda karena tiap tim melakukan proses modifikasi tersendiri.

Jenis Lisensi

Ada tiga jenis lisensi yang ditawarkan ARM. Pertama adalah lisensi prosesor. Jika membeli lisensi ini, Anda mendapatkan chip prosesor yang sudah jadi (seperti ARM Cortex A53). Namun terserah Anda bagaimana implementasinya. Contohnya prosesor Mediatek MT6753 yang memadukan dua chip ARM Cortex-A53 dan Mali T720.

Lisensi kedua adalah Processor Optimization Pack. Pada lisensi ini, Anda ibaratnya “tahu beres” karena ARM akan menyediakan desain yang tinggal dibuat di pabrik. Biasanya lisensi ini digunakan perusahaan yang tidak memiliki cukup sumber daya untuk melakukan optimalisasi khusus.

Sementara lisensi ketiga adalah lisensi arsitektur. Pada lisensi ini, Anda akan mendapatkan desain paling dasar dari prosesor ARM. Pada lisensi ini, Anda menerima buku desain yang kemudian bisa dikembangkan sesuai keinginan Anda.

Contohnya desain ARMv8-A yang digunakan ARM untuk Cortex A-73, Samsung untuk prosesor M1/M2, dan Qualcomm untuk Kyro. Sementara Apple A12 yang digunakan iPhone XS dan XS Max menggunakan desain ARMv8.3-A yang relatif baru.

Akibatnya untuk Huawei

Seperti produsen smartphone lain, Huawei pun membeli desain prosesornya dari ARM. Contohnya prosesor Kirin 980 (digunakan di Huawei P20 dan P30) yang menggunakan desain Cortex A76 dan Mali G-76.  

Jika larangan membeli lisensi ARM benar terjadi, praktis tidak ada jalan lain bagi Huawei. Memang ada perusahaan lain yang bisa mendesain prosesor RISC seperti MIPS, ARC, SuperH, atau Tensilica. Namun semua perusahaan tersebut relatif kecil dan sulit bersaing dengan kemajuan teknologi ARM.

Huawei bisa saja mendesain sendiri prosesornya, namun proses itu membutuhkan waktu tahunan.

Pendek kata, tanpa ARM, bisnis smartphone Huawei praktis mati suri.