Find Us On Social Media :

Bukan Lagi Ponsel Murah, Orang Indonesia Mulai Suka Beli Ponsel Mahal

By Adam Rizal, Jumat, 12 Juli 2019 | 13:30 WIB

Ilustrasi Mal Ambasssador

Pasaran smartphone Indonesia mengalami pergeseran dalam beberapa tahun terakhir. Konsumen menunjukkan kecenderungan semakin meminati produk yang berharga lebih tinggi.

Firma riset pasar IDC mencatat, pada tahun 2015 sebagian besar pasaran smartphone Indonesia masih dikuasai ponsel ultra low-end berbanderol di bawah Rp1,4 juta (US$100), yakni 52,5 persen dari total angka pengiriman 29,3 juta unit di tahun tersebut.

Memasuki 2018, porsi smartphone ultra low-end di Indonesia sudah berkurang menjadi 24,5 persen dari angka pengapalan 34,8 juta unit.

Sementara itu, dalam kurun waktu yang sama, porsi ponsel menengah di kisaran harga Rp2,9 juta-5,7 juta naik dari hanya 7,4 persen menjadi 29,9 persen.

Artinya, konsumen Indonesia sudah lebih banyak melirik smartphone berharga lebih tinggi dibandingkan produk papan terbawah yang murah meriah.

IDC mencatat porsi pengapalan smartphone menengah atas dan premium di atas Rp5,7 juta di Indonesia juga mengalami peningkatan antara 2015-2018, meski masih tergolong kecil dengan persentase di bawah 5 persen.

Sebagian besar pasaran ponsel Indonesia pada 2018 dikuasai oleh produk-produk low-end berharga antara Rp1,4 juta-2,9 juta (41,3 persen) dan mid-range Rp2,9juta -5,7 juta (29,9 persen dengan porsi gabungan sebesar 71,2 persen.

Baca Juga: Melirik Fitur Fingerprint Canggih di Smartphone Samsung S10 Series

Konsumen lebih kritis

Market Analyst dari IDC Indonesia, Risky Febrian, mengatakan bahwa pergeseran selera konsumen smartphone Tanah Air yang menjadi makin "mahal" ini antara lain terjadi karena sikap mereka yang menjadi lebih kritis dalam melihat produk.

Harga tetap menjadi salah satu pertimbangan utama. Namun, konsumen masa kini juga jeli melihat spesifikasi dan fitur-fitur yang ditawarkan oleh sebuah smartphone, terutama di segmen menengah di mana harga antar produk bersaing ketat.

Para pabrikan pun belakangan berlomba-lomba menerapkan inovasi baru, seperti kamera pop-up, desain kekinian, hingga pemindai sidik jari di layar untuk menarik minat pembeli.

"Fitur-fitur baru itu ya sebenarnya untuk meningkatkan competitive offering mereka dari brand lain," ujar Risky beberapa waktu lalu.

Menghadapi selera pasar yang berubah, para vendor mau tidak mau harus menyesuaikan diri. Samsung, sang pabrikan ponsel nomor satu di Indonesia, misalnya, belakangan bergerak dengan merombak lini ponsel bawah dan menengahnya agar lebih menarik.

Lini Galaxy J dipangkas karena dinilai sudah kehilangan pesona di wilayah kota-kota besar, digantikan oleh Galaxy A yang menjangkau range harga Rp1 jutaan hingga Rp5 jutaan.

Ada juga Galaxy M yang khusus menyasar market online. Selvia Gofar, Senior Product Marketing Manager Samsung Indonesia, mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh karakter konsumen Tanah Air yang sudah lebih "pintar" dan mengalami peningkatan kebutuhan soal penggunaan ponsel.

"Sekarang smartphone di bawah Rp2 juta itu juga dirasa kurang bagi konsumen, itulah yang memicu kenapa segmen menengah jadi lebih besar," ucap Selvia.

"Karena ada kompetisi juga, makanya kami juga melakukan suatu revolusi dengan lini Galaxy A dengan banyak perubahan spesifikasi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen sekarang," lanjutnya.

Baca Juga: Antusiasme Terhadap 5G Tinggi, Ericsson Naikkan Prediksi Serapan 5G