Find Us On Social Media :

Cara Menjadi CIO Sukses di Masa Depan, Kuasai Lima Peran Ini

By Liana Threestayanti, Kamis, 15 Agustus 2019 | 19:00 WIB

Perubahan peran pemimpin teknologi bukan sesuatu yang baru. Inilah lima peran yang harus dikuasai para CIO di masa depan.

Perubahan peran pemimpin teknologi bukan sesuatu yang baru. Hal itu sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu. Inilah lima peran yang harus dikuasai para CIO di masa depan.

Kemajuan teknologi adalah salah satu penyebab perubahan peran tersebut. Adopsi cloud dan process automation semakin mengurangi peran divisi TI sebagai sekadar penjaga sistem. Peran-peran yang bersifat teknis kini mulai dialihkan perusahaan ke penyedia layanan atau service provider.

Investasi teknologi pun kini lebih banyak digelontorkan perusahaan sebagai operating expenses untuk layanan. Namun di sisi lain, para Chief Information Officer (CIO) juga didorong untuk memainkan peran leadership yang lebih besar dalam transformasi digital.

Dalam waktu lima tahun ke depan, ada lima peran yang harus mampu dijalankan para pemimpin teknologi.

Peran 1: Chief Innovation Officer

Di era transformasi digital, para pemimpin teknologi mempunyai hanya dua pilihan: menjadi agen transformasi atau sekadar penjaga. Oleh karena itu, huruf “I” pada kata CIO juga harus mewakili kata “inovasi”.

Transisi ini bukan sesuatu yang baru di lingkungan perusahaan. Beberapa dekade lalu, perubahan peran juga dialami para Chief Financial Officer atau CFO. Peran seorang CFO bergeser dari sekadar mengelola investasi menjadi seseorang yang dapat menghasilkan uang banyak bagi perusahaan, atau sebagai tangan kanan CEO.  

Perubahan peran ini akan menjadi masalah ketika seseorang menapaki tangga karier CIO karena kecerdasan teknisnya. “Para technologist tradisional tidak selalu bisa menjadi pemimpin bisnis terbaik. Mereka lebih suka berada di zona nyaman, di belakang firewall. Namun peluang yang sebenarnya bagi kita dan organisasi adalah justru keluar dari firewall dan mendorong perubahan (di perusahaan). Kita harus mampu mengubah diri kita agar dapat menyesuaikan dengan situasi di organisasi di mana kita berada,” ujar Ken Piddington, CIO SGR Energy, seperti dikutip dari CIO.com.

Peran 2: Chief Inclusion Officer

Salah satu agenda utama para CIO di masa depan adalah mencurahkan lebih banyak waktu dan upaya untuk melakukan diversifikasi terhadap para stafnya. Staf yang lebih beragam latar belakangnya akan berdampak pada proses pengambilan keputusan dan hasil yang lebih baik.  

Dalam sebuah keynote tahun 2017, CompTIA CEO, Todd Thibodeaux mengatakan bahwa peningkatan keragaman sebesar satu persen berkorelasi dengan peningkatan pendapatan sebesar 3% per tahun. Namun alasan utama memiliki pekerja dengan latar belakang yang beragam adalah membantu CIO menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik.

Peran 3: Chief (Artificial) Intelligence Officer

Machine learning dan artificial intelligence (AI) mungkin sekadar buzzword bagi para eksekutif di jajaran C-level. Tetapi kebanyakan dari mereka berharap TI dapat mewujudkan ‘keajaiban’ AI.

Menurut survei CompTIA bulan Mei 2019, 60% dari perusahaan berskala besar mengharapkan para staf TI yang ada dapat menyediakan sumber daya untuk proyek AI. Kurang dari separuh responden juga berharap dapat merekrut tenaga kerja yang cakap di bidang AI. Dan kurang dari 10% mengatakan bahwa proyek TI di perusahaannya akan ditangani oleh tim bisnis.

CIO tidak harus selalu menjadi yang paling cerdas dalam hal seperti machine learning dan AI. Namun mereka harus cukup memahami bagaimana memanfaatkan AI untuk IT Operations (AIOps) dan data operations (DataOps) serta mengambil keputusan strategis berdasarkan data.

"CIO tidak lagi hanya melihat dengan ‘kaca spion’ untuk melihat apa yang sudah terjadi di masa lalu untuk menangani isu-isu di masa kini. Tapi mereka harus memiliki kemampuan untuk bisa berhasil dengan predictive analytics,” kata Renee Lahti, CIO Hitachi Vantara seperti dikutip dari CIO.com.

Peran 4: Chief Instructional Officer

Dalam lima tahun ke depan, kecakapan interpersonal skill akan sangat dibutuhkan seorang CIO, bukan hanya untuk berhubungan dengan kolega di jajaran C-level tetapi juga untuk membina hubungan yang lebih baik dengan para stafnya.

Peran pemimpin teknologi akan semakin luas dengan tanggung jawab yang lebih besar, sehingga mereka akan sangat bergantung pada staf. Yang artinya, para CIO juga harus lebih aktif membantu stafnya mengembangkan kecakapan-kecakapan baru, misalnya melalui program pelatihan.

Namun bukan berarti, CIO membiarkan stafnya menghabiskan banyak waktu untuk training sementara pekerjaan terbengkalai. Untuk itu, para pemimpin TI juga harus menemukan keseimbangan yang tepat.

Peran 5: Chief Inspiration Officer

CIO masa kini harus mampu mengidentifikasi teknologi-teknologi yang berpotensi mendorong kemajuan organisasi dan menjelaskan kepada CFO dan CEO mengapa teknologi itu penting. Pemimpin teknologi masa depan diharapkan mampu mengartikulasikan visi perusahaan yang dapat memotivasi dan menginspirasi jajaran eksekutif maupun segenap karyawan perusahaan.

Kemampuan menginspirasi berhubungan dengan kemampuan bercerita. Para CIO juga harus dapat menghubungkan teknologi dengan pencapaian yang konkret. Renee Lahti mencontohkan para periset Australia yang menggunakan storage array Hitachi VSP untuk menyimpan data hasil scannig otak dalam ukuran petabyte. Hasil analisis data tersebut menjadi bagian dari upaya membalik efek Alzheimer. Penjelasan semacam itu akan membantu orang-orang di organisasi memahami kemampuan teknologi untuk mewujudkan sesuatu dan akan menginspirasi mereka untuk fokus pada satu tujuan.

Masalahnya adalah orang-orang teknologi umumnya tidak memiliki kecakapan yang cukup untuk bercerita. Untuk itu para CIO disarankan untuk berlatih dan terus berlatih.