Find Us On Social Media :

Tak Hanya Iklan AdSense, Ini Sumber Pendapatan YouTuber Lainnya

By Adam Rizal, Minggu, 25 Agustus 2019 | 13:30 WIB

Google AdSense

Banyak orang ingin menjadi YouTuber karena beragam alasan. Salah satunya adalah iming-iming pendapatan dari AdSense yang konon bisa berjumlah besar. AdSense merupakan program kerja sama periklanan yang dikelola Google.

Selain YouTuber, para blogger dan pemilik website juga bisa memanfaatkan AdSense untuk mendapatkan iklan.

Untuk bisa mendapatkan Adsense, YouTuber harus memiliki minimal 1.000 subscriber (pelanggan) dan 4.000 jam tayang dalam 12 bulan terakhir.

Setelah akun Google tertaut dengan AdSense, setiap video yang ditonton minimal 30 detik akan terhitung dan dikonversikan ke AdSense. AdSense di Indonesia nilainya kecil.

Namun, untuk membuat orang mau menonton video minimal selama 30 detik ternyata tidak mudah juga. Apalagi membuat mereka mengeklik iklan yang terpajang. Selain sulit mendapatkannya, nilai AdSense dari YouTube ternyata terbilang kecil.

Apalagi di Indonesia, nilai AdSense/CPM (cost per milles) lebih rendah dibanding negara lain. CPM adalah bayaran yang diberikan ke YouTuber tiap kelipatan 1.000 view pada video mereka.

Ini menjadi salah satu faktor penting dalam memonetisasi iklan di YouTube. Irwan Kusuma, YouTuber teknologi yang menggawangi kanal Sobat Hape, menggunakan negara tetangga Australia sebagai perbandingan nilai CPM.

"Australia termasuk paling besar. (Nilai CPM AdSense) kita itu seperlima dari mereka," ujar Irwan ketika lewat pesan singkat.

Pendapatan AdSense yang diterima YouTuber bisa fluktuatif. Hal ini juga bergantung pada momen-momen tertentu saat para pengiklan memasang iklannya di YouTube. Menurut Irwan, momentum biasanya datang ketika memasuki kuartal baru atau menjelang hari raya.

"Untuk kami yang memiliki 700.000 subscriber, pendapatan sekitar 17-20 juta per bulan," kata Irwan soal pendapatan kanalnya dari iklan AdSense.

Menurut dia, angka tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan pemasukan lewat jalur lain. Irwan mengatakan, iklan AdSense hanya menyumbang sekitar seperdelapan dari pendapatan Sobat Hape per bulan.

"Kami menganggap AdSense itu bonus, enggak usah dipikirin," katanya.

Subscriber banyak bukan berarti kaya

Seorang YouTuber tidak akan menghasilkan uang yang banyak jika hanya menyerahkan urusan monetisasi sepenuhnya pada AdSense. Tim Schmoyer, YouTuber di kanal Viceo Creators, pernah bercerita tentang YouTuber lain yang memiliki 2 juta subscriber.

Dengan jumlah subscriber sebesar itu, sang YouTuber hanya menghasilkan ratusan dollar AS per bulan dari AdSense. Jumlah subscriber memang menjadi modal kanal YouTube untuk menarik uang dari AdSense, namun bukan faktor utama.

Sebab, kanal dengan jumlah subscriber banyak belum tentu mendapat penonton yang banyak pula.

Menurut Mouldie Satria yang menjadi tandem Irwan di kanal Sobat Hape, perhitungan AdSense juga ditentukan oleh kesesuaian iklan dengan demografi penonton kanal tersebut.

YouTube akan lebih mudah memasang iklan di kanal yang memiliki karakteristik penonton sesuai dengan target audience pengiklan. Misalnya saja, brand barang mewah tidak akan memasang iklan di kanal YouTube yang mayoritas ditonton remaja atau anak-anak.

"Kalau memang penonton kita kebetulan adalah orang-orang yang ditarget oleh pengiklan, maka nilai AdSense per video akan lebih tinggi. Tapi kalau view videonya besar, sementara yang menonton anak-anak dan pengiklannya kecil, nilainya akan sedikit," jelas Mouldie.

Jika konten video tidak sesuai dengan target penonton, bisa saja video tidak akan mendapatkan iklan. Sekalipun ada iklan yang nangkring, nilai AdSense yang dihasilkan pun jauh lebih kecil dibanding dengan konten video yang sesuai target.

"Kalau enggak sesuai, bisa seperempat dari itu (nilai AdSense yang optimal)," jelas Irwan.

Perlu rencana bisnis matang Menurut Schmoyer, para kreator besar memiliki rencana bisnis matang tentang bagaimana menciptakan dan menyampaikan nilai konten mereka. Sayangnya, sebagian besar kreator di YouTube tidak memiliki rencana ini.

"Mereka memasrahkan strategi monetisasi mereka ke YouTube dan berharap uang akan datang dengan sendirinya ketika kanal mereka berkembang," kata Schmoyer, seperti dirangkum dari Forbes.

Harapan mendapat uang dari AdSense memang menjadi salah satu alasan orang ingin menjadi YouTuber, meski persepsinya kurang tepat.

Uang yang dihasilkan para kreator adalah berkat rencana bisnis yang matang melalui konten yang ditampilkan di kanal YouTube, bukan semata-mata mengandalkan jumlah subscriber.

"Ini merupakan kombinasi dari kesungguhan menciptakan konten, menyampaikan, lalu menangkap nilainya," kata Shcmoyer.

Karena itulah, AdSense tidak menjadi satu-satunya sumber pendapatan bagi YouTuber untuk meraup untung. Apalagi, menurut Irwan, algoritma YouTube sering berubah dan tidak pasti sehingga menyulitkan para pembuat konten.

Lantas, dari mana sumber pendapatan lainnya?

Endorsement dan jualan merchandise Irwan mengaku bahwa endorsement dan kegiatan acara offline menjadi sumber pendapatan lain Sobat Hape di luar AdSense. Endorsement adalah promosi produk pengiklan oleh sang pemilik kanal.

Sementara, kegiatan offline contohnya menjadi pembicara di sebuah event. Keduanya bisa dilakukan apabila sang YouTuber sudah dikenal luas dan memiliki jumlah pengikut yang signifikan sehingga dipandang sebagai influencer.

Dengah kata lain, mereka bisa memanfaatkan pengaruh sebagai influencer untuk mendatangkan uang. Endorsement yang dipilih tentunya juga yang berkaitan dengan konten video kanalnya.

Misalnya, kanal kencantikan mempromosikan produk make-up. Endorsement semacam ini memang lazim dilakukan di media sosial dan platform konten seperti YouTube.

YouTuber lain memiliki cara berbeda untuk memperoleh pendapatan di luar sekadar iklan AdSense.

Selain dari Iklan Jake Paul, misalnya, menjual berbagai merchandise di kanal YouTube miliknya. YouTube memang menyediakan saluran khusus bagi YouTuber untuk menjual merchandise.

Namun, hanya YouTuber tertentu yang bisa menggunakan layanan ini. Syaratnya, ia harus memiliki minimal 10.000 subscriber, tidak melanggar pedoman YouTube, dan mengikuti YouTube Partner Program.

Layanan ini juga belum merambah ke Indonesia, baru tersedia di 18 negara saja. Di Indonesia, beberapa YouTuber juga menjual produk buatan mereka, seperti T-Shirt atau make up, meski tanpa memanfaatkan layanan merchandise YouTube.

Selain mendapatkan pendapatan dari penjualan merchandise, YouTuber juga bisa menerima merchandise gratis dari vendor.

Merchandise ini memang tidak berwujud uang, tapi nilai barang yang diterima biasanya cukup berharga.

Peter McKinnon, sinematografer yang terjun ke dunia YouTuber, seringkali menampilkan video yang mengulas produk gratisan dari para vendor.

Konten berbayar Para YouTuber juga sering mendapatkan pesanan untuk membuat konten berbayar.

Biasanya, mereka diminta untuk membuat review atau ulasan sambil memperkenalkan fitur-fitur atau keunggulan dari produk yang mereka ulas. Produk yang ditawarkan bisa jadi berbeda dengan audiens kanal YouTube tersebut.

Ini berbeda dengan ketentuan AdSense yang membutuhkan kesesuaian antara konten dan penonton.

Selain dari AdSense, Apakah akan menerima tawaran konten berbayar atau tidak, keputusan itu tentu terserah sang pemilik kanal.

Misalnya, kanal YouTuber Minority Mindset pernah ditawari 150.000 dollar AS (Rp 2,1 miliar) untuk konten berbayar soal cryptocurrency, tetapi mereka tolak lantaran merasa tak cocok untuk disajikan ke pentontonnya.

Honor untuk konten berbayar memang bisa bernilai cukup besar. Menurut The Economist, YouTuber dengan subscriber di kisaran 100.000 rata-rata menghasilkan 12.500 dollar AS (Rp 177 juta) dari konten berbayar.

Nilai ini tentu lebih besar dibanding pendapatan YouTuber pemilik 2 juta subscriber, tapi hanya mengandalkan AdSense, seperti diceritakan Shcmoyer tadi.