Find Us On Social Media :

Empat Pesawat Kebanggaan Buatan BJ Habibie di Industri Dirgantara

By Adam Rizal, Kamis, 12 September 2019 | 11:30 WIB

Apa itu Teori Crack?, Teori BJ Habibie di Industri Dirgantara

Presiden ke-3 RI BJ Habibie meninggal dunia dalam usia 83 tahun pada Rabu (11/9/2019) pukul 18.05 WIB.

Dia merupakan tokoh intelektual yang menjadi Presiden ke-3 RI. Habibie dinyatakan wafat karena gagal jantung dan faktor usia yang menua.

"Dengan sangat berat kami sampaikan, ayah kami, Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie, telah meninggal dunia," kata Thareq di RSPAD Gatot Subroto Jakarta.

Kejeniusannya dalam menciptakan karya membuatnya dikenal hingga ke luar negeri. Hal ini tentu bikin bangga Indonesia karena memiliki tokoh yang diakui dunia.

Berikut karya-karya BJ Habibie yang bikin bangga Indonesia:

Pesawat R80

Pesawat R80

BJ Habibie dikenal mahir dalam membuat pesawat. Banyak pesawat yang diciptakan oleh Habibie.

Di antaranya ialah pesawat R80. Pesawat ini dirancang dengan teknologi terbaru dan super canggih dengan tingkat keamanan yang tinggi bagi penumpang.

Tak seperti pesawat pada umumnya, Pesawat R80 dilengkapi dengan teknologi fly by wire yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.

Teknologi fly by wire adalah sebuah sistem kendali yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah.

Pesawat R80 dirancang oleh PT Regio Aviasi Industri (RAI). PT Regio Aviasi Industri (RAI) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang.

Perusahaan ini didirikan oleh BJ Habibie bersama putra sulungnya Ilham Akbar Habibie.

Perusahaan ini khusus mengembangkan pesawat R80 yang merupakan lanjutan dari pesawat N250 yang juga hasil ciptaan Habibie.

Pesawat buatan Habibie direncanakan akan diterbangkan pertama kali di Bandar Udara Internasional Kertajati, Jawa Barat, yang masih dalam tahap pembangunan.

Pesawat N-250

Pesawat N-250

Kemudian, karya BJ Habibie lainnya ialah Pesawat N-250. Pesawat N-250 merupakan pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia, PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia.

Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. 

Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah di antaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.

TRANSALL C-160

Transall C-160

BJ Habibie juga pernah ikut serta mendesain pesawat angkut militer TRANSALL C-160.

Pesawat tempur ini punya dua turboprop sayap tinggi (high wing) yang bertugas sebagai pesawat angkut militer utama untuk pasukan militer di banyak bagian dunia.

Pesawat itu juga mampu mendarat dan lepas landas dari runway yang pendek.

Awalnya pesawat ini adalah sebuah pengangkut tentara dan pesawat kargo yang sekarang ini juga digunakan untuk berbagai macam peran, termasuk infantri airborne, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara.

Dornier Do 31

Dornier Museum, Friedrichshafen, Baden-Württemberg, Deutchland | Germany | Tyskland [2018]

BJ Habibie juga andil dalam terciptanya pesawat Do 31. Ini merupakan jet transportasi eksperimental VTOL Jerman Barat yang dibangun oleh Dornier.

Do 31 dirancang untuk memenuhi spesifikasi NATO (BMR-4) untuk pesawat dukungan taktis untuk pesawat strike serangan VTOL VJ EWR 101 dirancang di bawah kontrak NATO dari BMR-3.

Proyek ini dibatalkan pada tahun 1970 karena tingginya biaya, masalah teknis dan perubahan persyaratan. Namun ide Habibie pembuatan pesawat itu masih tercatat sampai sekarang.