Find Us On Social Media :

Meski Canggih, Menteri Rudiantara Ungkap Kelemahan Robot Sophia

By Adam Rizal, Jumat, 20 September 2019 | 17:00 WIB

Robot Sophie sendiri memiliki sentuhan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang membuatnya berbicara dan merespons layaknya manusia.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara melihat bahwa robot tersebut masih memiliki kelemahan.

Robot Sophie sendiri memiliki sentuhan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang membuatnya berbicara dan merespons layaknya manusia.

Namun ucapannya yang masih mengandalkan script yang sudah ditulis sebelumnya, jadi nilai minus.

"Ternyata (Sophia) nggak pinter-pinter amat. Kenapa? Karena saya pun nanyanya harus menggunakan cue card, pertanyaannya di sana dan programnya jawabnya apa," ungkap Rudiantara di Jakarta.

Menkominfo sendiri merasakan langsung berinteraksi dengan Sophia, robot AI yang sudah dikenal di jagat teknologi dunia. Sophia dirancang oleh Hanson Robotics, perusahaan teknologi di Hong Kong.

Kendati begitu, Menkominfo menekankan bila Sophia terus dikembangkan lagi ke depannya. Maka bukan tak mungkin, robot tersebut bisa ngobrol dengan manusia tanpa harus dipandu dengan cue card.

Tentunya itu bisa terjadi, apabila pengembangan Sophia terus ditingkatkan, salah satunya soal kemampuan bicaranya dengan menambahkan lebih banyak diksi di dalamnya.

"Kalau Sophia datang lagi ke sini, kita nggak perlu pakai cue card nanyanya, jadi bebas-bebas gitu. Itu impresi saya tentang Sophia," pungkasnya.

Kenapa Botak?

Ternyata, kepalanya yang botak disengaja oleh penciptanya. Chief Marketing Officer Hanson Robotics Jeanne Lim mengatakan Hanson Robotics tak mempunyai filosofi gaya tertentu untuk Sophia.

"Kami terkadang menyewakannya di acara tertentu. Si penyewanya bisa mendandani robot ini sesuai keinginan mereka," katanya seperti dikutip Racked.

Hal inilah yang membuat terkadang Sophia tampil menggunakan wig berwarna biru dengan jaket bergaya barat, atau bisa juga tampil dengan baju China berwarna pink. Ke depannya, Lim berharap bisa menerapkan gaya yang lebih futuristis untuk Sophia.

"Kami tak ingin mengkotak-kotakan berdasar apa yang kami pikir dia mau. Kami menginginkan untuk mengeksplor dia sesuai caranya," ujar Lim.

Sophia pun sebenarnya pernah 'angkat bicara' mengenai alasannya tampil dengan kepala plontos ini.

Pernyataannya itu dilontarkan lewat akun Twitter @RealSophiaRobot, yang dalam deskripsi profilnya menyebut kalau akun tersebut diurus oleh kolaborasi antara sistem dialog AI-nya dengan tim media sosial manusia.

Di akun tersebut Sophia pernah mengomentari sebuah tautan berita yang menampilkan ia dengan wig bermacam warna.

Dalam tautan tersebut Sophia didandani dengan berbagai macam wig dan make-up yang membuatnya tampil berbeda.

"Gundul adalah ciri khas saya, namun saat @papermagazine menawarkan untuk berubah, saya tidak dapat menolaknya," tulis Sophia.

Pada lain kesempatan Sophia pun pernah menyatakan kalau ia sebenarnya jarang menggunakan wig.

Pasalnya dengan tampil plontos itu ia bisa menunjukkan bermacam sirkuit elektronik yang ada di kepalanya, yang menurutnya adalah bagian dari dirinya.

Wajah Sophia sendiri dibuat berdasarkan muka aktris terkenal di masa silam, Audrey Hepburn.

Sophia dikenal luas karena ekspresinya yang mirip dengan manusia, pun mampu berkomunikasi dengan manusia.