Find Us On Social Media :

Bos Telko Swiss Ledek Pengkritik 5G Sama dengan Penganut Bumi Datar

By Adam Rizal, Selasa, 29 Oktober 2019 | 16:30 WIB

Samsung Galaxy A90 5G Dapat Sertifikat WiFi

Salah satu kendala pengembangan 5G di dunia adalah susahnya merubah mind set pengguna bahwa 5G dapat memberikan dampat positif ke dalam kehidupan. Penyebaran jaringan 5G di Swiss terhambat lantaran isu 5G ke dunia kesehatan.

CEO Sunrise Olaf Swantee kesal dan mengkritik orang-orang yang menentang teknologi 5G sama dengan para penganut Bumi datar.

"Sangat penting bagi kita untuk berpikir besar. Teknologi 5G dulu dianggap mustahil tapi kini nyata. Di Swiss, Sunrise meluncurkan layanan komersial 5G pada bulan Maret dengan cakupan awal di 150 kota, kota dan desa. Jumlah itu terus berkembang. Namun masih ada hal yang menghambat penyebarannya," kata Swantee, seperti dikutip dari RCR Wireless.

Ia beranggapan internet cepat seharusnya menjadi alat revolusioner untuk menghubungkan orang, memfasilitasi pertukaran ide, dan membantu orang mengakses informasi terkini, bukannya malah terpapar informasi menyesatkan seperti Bumi datar yang membuat orang bebal.

Sebelumnya, sejumlah warga Swiss meributkan dampak kesehatan yang akan terjadi jika teknologi 5G diterapkan.

Di wilayah Jenewa dan Vaud, misalnya, para pejabat setempat menghentikan pembangunan site infrastruktur 5G untuk sementara waktu terkait dengan isu ini.

September lalu, ada protes dalam skala cukup besar menentang implementasi 5G di Bern. Sekelompok orang yang menamai diri sebagai Frequencia, mengorganisasi massa untuk menekan para pembuat kebijakan.

"Ini absurd sekali. Marilah kita memperlakukan 5G sebagai sebuah lompatan, dengan begitu banyak aplikasi yang akan berdampak baik untuk masyarakat, bisnis dan konsumen," tutup Swantee.

Baca Juga: Huawei Resmi Luncurkan Ponsel Lipat Huawei Mate X 5G, Harganya?

Keuntungan

Perusahaan penyedia infrastruktur jaringan asal Amerika Serikat, Cisco mengatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk memonetisasi jaringan 5G, jika kelak telah tersedia.

Bahkan berdasarkan hasil riset internal, Cisco mengklaim pendapatan tahunan operator seluler bisa mencapai angka 1,8 miliar dollar AS atau setara Rp 25,5 triliun. Namun, operator seluler tersebut harus menemukan use case yang tepat.