Find Us On Social Media :

Digempur Hape Murah China, Bagaimana Nasib Vendor Hape Lokal di RI?

By Adam Rizal, Senin, 2 Desember 2019 | 16:30 WIB

Ilustrasi Advan

Nasib vendor ponsel lokal dipertanyakan di tengah gempuran bertubi-tubi dari produsen ponsel China. Vendor ponsel lokal seperti Advan, Mito, Polytron, hingga Evercoss pun kini tak terdengar lagi gaungnya pada lima besar penguasa ponsel Indonesia.

Padahal hingga 2018, beberapa nama vendor lokal seperti Advan dan Evercoss masih masuk daftar lima besar ponsel Indonesia.

Melihat gencarnya produsen ponsel China merayu pengguna ponsel tanah air, analis pasar IDC Indonesia Risky Febrian menilai sangat sulit bagi vendor lokal untuk berkompetisi.

Berikut empat alasan mengapa hal itu bisa terjadi.

1. Produsen China ambil pasar

Pasalnya vendor-vendor yang saat ini ada di posisi lima besar dari luar negeri sudah mulai bermain di segmen ultra low end dan low end. Padahal kedua segmen itu adalah sumber pendapatan vendor lokal untuk bisa terus menjalankan bisnis.

Awalnya menurut Rizky vendor lokal bisa bertahan hidup dari pasar low end dan ultra low end. Ini adalah pasar ponsel murah dengan rentang harga di bawah Rp1,4 juta (ultra low end) dan ultra low end (Rp1,41-2,9 juta).

"Mereka masih bisa suvive (bertahan) di pasar Rp1-2 juta. Tapi makin ke sini makin banyak vendor global yang agresif di rentang harga ponsel Rp1 juta sampai Rp2 juta," kata Risky di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan.

2. Spesifikasi kalah

Hal lain yang membuat vendor lokal keok dari segi spesifikasi yang ditawarkan. Vendor-vendor papan atas, menurut Rizky punya tawaran lini produk yang lebih beragam dengan tawaran spesifikasi yang lebih menarik.

"Ini membuat lokal vendor sangat sulit berkompetisi. Karena dari segi spesifikasi pun kalah jauh dibandingkan dengan penawaran yang ditawarkan top vendor ini," tuturnya.

3. Pergeseran pasar