Find Us On Social Media :

Berapa Uang yang Disisihkan Orang Indonesia untuk Belanja Online?

By Adam Rizal, Selasa, 3 Desember 2019 | 15:30 WIB

Orang Indonesia Habiskan Rp1,2 juta untuk Belanja Online saat Ramadhan

Perusahaan teknologi e-commerce lokal, Sirclo, meluncurkan laporan riset data terbaru terkait pertumbuhan e-commerce Tanah Air.

Sirclo menyatakan bahwa rata-rata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja di marketplace sebanyak 3 hingga 5 kali dalam satu bulan.

"Konsumen Indonesia bisa menghabiskan hingga 15 persen dari pendapatan bulanan mereka untuk belanja lewat e-commerce," kata Founder dan Chief Executive Officer Sirclo, Brian Marshal lewat keterangan tertulis.

Selain itu, Sirclo juga mengungkapkan bahwa konsumen online di Jakarta rata-rata berbelanja 2 kali lipat lebih banyak daripada kota-kota lain.

Menurut Brian, laporan ini bertujuan memberikan 'amunisi' informasi kepada semua stakeholder dalam berkolaborasi mendorong pertumbuhan dan inovasi e-commerce Indonesia, khususnya pemain lokal.

"Sekarang, pertumbuhan industri e-commerce dalam negeri sedang dalam masa pesatnya. Kami melihat masih banyak pemain lokal yang sangat berpotensi. Bila kita bisa dukung dengan teknologi dan kolaborasi informasi seperti ini, mereka bisa memaksimalkan pertumbuhan bisnis mereka," jelas Brian.

Data Sirclo juga mengungkapkan pembayaran paling populer dalam berbelanja online adalah melalui bank transfer (48 persen) dan kartu debit/kredit (21 persen).

Melalui hasil riset yang sama, terungkap bahwa 20 persen menggunakan metode e-wallet untuk melakukan pembayaran.

"Ini menunjukkan pesatnya adopsi metode e-wallet ini di Indonesia sejak awal kemunculannya di tahun 2017," ungkap Brian.

Baca Juga: BRI Jamin Tak Ada PHK Lantaran Adopsi Transformasi Bisnis Digital

Menurut data yang terkumpul dalam laporan Sirclo, penjualan ritel e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai US$15 miliar atau setara dengan Rp210 triliun pada 2018 dan akan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2022.

"Pada tahun 2022 bisa menyentuh angka US$65 miliar atau Rp910 triliun," kata Brian.

Peningkatan penjualan itu, imbuh Brian, membuat ritel online yang tadinya hanya menyumbang 8 persen penjualan total pada tahun 2018, diprediksi akan menembus 24 persen di tahun 2022.

Industri e-commerce Indonesia juga berkontribusi lebih dari setengah nilai ekonomi digital di tahun 2019 dan diprediksi akan mendominasi sektor digital hingga 60% di tahun 2025.

Nilai kapitalisasi pasar e-commerce pada tahun 2019 mencapai US$21 miliar atau Rp294 triliun, mengalahkan sektor ekonomi digital lain, seperti pariwisata online (US$10 miliar atau Rp 140 triliun) dan industri ride-hailing atau jasa transportasi online (US$6 miliar atau Rp 84 triliun).

Nilai ini pun diprediksi akan meningkat hingga US$82 miliar atau Rp1.148 triliun pada tahun 2025. Namun, laporan dari Sirclo juga menggarisbawahi beberapa tantangan dalam sektor e-commerce di tanah air.

Tantangan-tantangan tersebut diantaranya, pertama, industri e-commerce yang kompetitif dan rawan 'membakar uang' demi menggaet konsumen.

Kedua, masih banyaknya populasi yang belum memiliki rekening bank formal dan saat ini mulai terfasilitasi dengan adanya e-wallet. Ketiga, layanan logistik yang mahal dan kurang kompeten.

Sementara yang keempat yakni kurangnya SDM yang relevan, terutama dari di bidang sains, teknik, dan matematika, yang sangat diperlukan dalam pengembangan perusahaan teknologi.

Baca Juga: Tips Ampuh Cegah Serangan Phising