Find Us On Social Media :

Konektivitas 5G di RI Butuh Investasi Besar dan Mahal, Ini Solusinya

By Adam Rizal, Kamis, 19 Desember 2019 | 16:00 WIB

Ilustrasi Jaringan Telkomsel 5G

"Network slicing memungkinkan itu [data] bisa private karena model bisnis [5G] lebih banyak ke B2B karena untuk industri dan solusi ini bisa lebih aman," ucapnya.

"Misal kita kerjasama dengan salah satu industri, lalu kita sediakan [komputasi awan atau cloud] yang betul-betul privat dengan network slicing. Jadi itu [cloud] terpisah dengan konsumen, terpisah juga dengan enterprise [perusahaan]," sambung Christian.

Network slicing 5G end to end sebetulnya adalah kunci transformasi digital bagi industri yang mendukung jaringan 5G. Solusi ini memudahkan sumber daya berupa jaringan fisik untuk dialokasikan secara fleksibel ke beberapa network slices secara virtual.

Dilansir ZDNet, network slicing berbasis cloud atau komputasi awan yang lengkap (end to end) untuk 5G RAN, core network, dan bearer network. Selain itu, solusi ini juga mengintegrasikan policy engine dengan bantuan AI agar terus dapat meningkatkan operasional yang canggih dan kapabilitas jaminan layanan jaringan 5G.

Jika menilik dari sisi akses, menurut Christian jaringan 4G dan 5G memiliki core yang relatif sama. Sebab, pada 5G dikenal dua core yaitu standalone dan non standalone, yang mana core non standalone bisa juga dipakai untuk 4G.

"Dari sisi core, tidak terlalu berbeda. Jadi kalau di 5G ada namanya standalone dan non standalone bahkan non standalone pun bisa dipakai untuk core 4G," pungkasnya.

SA (standalone) dan NSA (non standalone) merupakan dua jalur koneksi 5G. Saat ini, smartphone 5G hanya hadir dengan dukungan mode NSA. Jaringan ini sejalan dengan spesifikasi 3GPP. Jaringan 5G NSA masih didukung dengan infrastruktur 4G.

Berbeda dengan SA. Mode ini baru akan dapat digunakan ketika infrastruktur 5G sudah tersedia sepenuhnya. Mode ini akan menawarkan latensi super rendah dan penggunaannya akan lebih luas ketimbang mode NSA seperti dikutip GSMA.