Find Us On Social Media :

AI Bantu Perusahaan Cerdas Rencanakan Kebutuhan Tenaga Kerja

By Liana Threestayanti, Selasa, 7 Januari 2020 | 14:15 WIB

AI, machine learning, dan teknologi pintar lainnya berperan vital dalam membantu menyelesaikan persoalan di dunia kerja.

Penulis: Helen Masters, Senior Vice President & General Manager, Asia Pacific, Infor

Tak sedikit orang yang langsung menjelekkan AI, machine learning, dan teknologi pintar lainnya, tapi teknologi tersebut nyatanya vital dalam membantu menyelesaikan persoalan di dunia kerja.

Seiring perubahan cepat di dunia ketenagakerjaan, statistik menjukkan jumlah populasi di Indonesia akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Implementasi dan pengetahuan tentang AI (Artificial Intelligence) akan dibutuhkan.

Jumlah pengguna internet di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia, tapi tingkat penetrasi internet sendiri baru mencapai 53,7%. Karena celah inilah, Morgan Stanley memperkirakan ekonomi digital Indonesia baru akan mencapai US$2,7 miliar pada tahun 2027.

Teknologi-teknologi yang ada dapat mengotomatisasi separuh dari jumlah pekerjaan di Indonesia. Namun bukan berarti perusahaan akan mengganti pekerja manusia dengan mesin dalam sekejap hanya karena alasan kelayakan dari sisi teknis. Meski AI akan menjadi bagian dari masa depan digital Indonesia, ada kegelisahan yang tumbuh bahwa AI akan berdampak disruptif terhadap pasar tenaga kerja.

Meski tak sedikit yang langsung menjelekkan AI, machine learning, dan teknologi pintar lainnya, berbagai teknologi itu nyatanya vital dalam membantu menyelesaikan persoalan di dunia kerja ini. AI adalah tool yang dapat mencari, memeriksa, dan mengidentifikasi kandidat yang tepat untuk pekerjaan yang tepat pula, secara mandiri menangani perencanaan tenaga kerja dan memberi ruang pada para eksekutif untuk lebih memerhatikan aspek-aspek yang lebih “manusiawi” dari pekerjaan mereka, misalnya memberi umpan balik, mengelola, dan sebagainya.

Kemampuan AI, bila ditambahkan pada teknologi enterprise, dapat memastikan tugas-tugas manual, seperti pengumpulan data, tidak lagi menjadi tugas karyawan. Sebaliknya, karyawan bisa memfokuskan waktunya untuk mengerjakan aktivitas yang lebih bernilai, dan pada akhirnya, memaksimalkan potensi kerja manusia.

Beberapa area di bidang Personalia siap untuk tidak sekadar terpengaruh, tapi menjadi lebih baik, melalui integrasi dengan teknologi pintar. Inilah beberapa di antaranya.

Pemeriksaan/Vetting.

Saat sebuah lowongan ditayangkan secara daring, pertanyaan pun akan membanjir masuk. Bahkan sebelum melihat data dan dokumen-dokumen milik pelamar kerja, AI dapat memanfaatkan natural language processing (NLP) untuk mengotomatisasi respons kepada kandidat yang potensial. Mungkin ada yang tertarik tapi ingin memperoleh informasi lebih banyak tentang pekerjaan yang ditawarkan, atau ada juga yang ingin melamar tetapi hanya bisa diwawancarai via telpon karena kendala lokasi. AI dapat dengan mudah membaca catatan-catatan semacam ini dan membalasnya menggunakan bahasa dan jawaban yang sudah ditetapkan.

Sourcing

Kandidat sempurna terkadang bisa ditemukan pada sumber-sumber daring, seperti LinkedIn dan Indeed. Namun menyaring kandidat dari sumber yang begitu massif tentu akan memakan waktu dan menjadi tidak produktif. Teknologi automasi, dengan memrogram kata dan frasa kunci, dapat memindai job board daring. Pencarian dengan kata-kata kunci tersebut akan membantu memilah kandidat yang sudah memiliki pengalaman yang tepat.

Rekrutmen

Dengan automasi, tahap awal proses rekrutmen dapat ditangani oleh mesin, misalnya, ketika menelaah surat lamaran dan ringkasan pengalaman kerja. AI juga dapat memindai dokumen-dokumen tersebut dan membuat assessment awal terhadap kandidat, berdasarkan pengalaman kerja, keahlian, dan sebagainya. Setelah pemeriksaan awal ini, karyawan personalia dapat mengambil alih, dan lebih memfokuskan pada evaluasi perilaku, temperamen, ketertarikan, dan faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap kesuksesan karyawan.

Meski ada kekhawatiran bahwa posisi seorang eksektuif di bagian personalia akan hilang, atau setidaknya, sangat dibatasi, dengan mengintegrasikan teknologi, hal sebaliknya justru terjadi. Ketika tugas-tugas yang bersifat manual ditangani oleh teknologi, para manajer dan divisi Personalia memiliki lebih banyak waktu untuk memusatkan perhatian pada aspek-aspek bernilai tambah, seperti:

Perkenalan/Onboarding

Proses onboarding tidak hanya mencakup banyak hal, tetapi juga sebenarnya sangat individual. Para pemimpin divisi Personalia dapat mengembangkan pendekatan yang lebih ringkas dan personal untuk melakukan onboarding karyawan baru. Pendekatan ini merangkum, antara lain, pengalaman kerja dan skillset, karakter, dan proses belajar karyawan baru tersebut. Dengan proses onboarding yang menyeluruh ini, karyawan akan lebih cepat terbiasa dengan posisi dan tanggung jawabnya yang baru.

Memberi (dan mendengarkan) umpan balik

Meskipun AI dapat mengotomatisasi respons untuk mempercepat proses, AI tidak dapat menggantikan sentuhan manusia saat kita berbicara tentang isu-isu yang lebih besar dan kompleks. Saat tugas-tugas yang membosankan dan memakan waktu telah diambil alih oleh mesin, para pemimpin dan eksekutif Personalia memiliki waktu one-on-one dengan para karyawan, memastikan permintaan dan umpan balik dari mereka dibicarakan dan didengar, baik untuk maupun oleh karyawan.

Penyelesaian masalah

Problem dan isu di tempat kerja bisa berupa sesuatu yang krits, tapi sulit diselesaikan. Keadaan seperti ini melibatkan tidak hanya cara penyelesaian yang kompleks bagi manusia, tetapi seringkali melibatkan hal sensitif yang sulit atau bahkan tidak mungkin disamai oleh mesin. Dengan menambah jumlah waktu para pemimpin Personalia untuk memerhatikan isu-isu yang lebih kompleks ini, semua pihak diharapkan dapat menemukan solusi terbaik.

Baru-baru ini, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana untuk membekali tenaga kerja dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja dan AI memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia di masa depan.  

Berbicara tentang rekrutmen dan pelatihan karyawan, AI akan membantu dalam merencanakan tenaga kerja di semua sektor. Kebanyakan narasi media tentang integrasi AI dan teknologi cerdas lainnya di tempat kerja menggambarkan situasi yang menakutkan. Yang terjadi adalah sebaliknya.

Indonesia memiliki perhatian besar terhadap sumber daya manusia dan merupakan pasar untuk berkembangnya AI. Dasar bagi AI dan analitik adalah ketersediaan data dan Indonesia mempunyai volume dan skala yang tepat untuk justifikasi investasi AI. Ketika digunakan dengan benar, mesin dapat membantu mendukung dan meningkatkan tenaga kerja melampaui apa yang mereka capai saat ini, dan pada akhirnya akan memaksimalkan potensi manusia.