Find Us On Social Media :

Mengenal MQ-9 Reaper, Drone Pencabut Nyawa Jenderal Iran Soleimani

By Adam Rizal, Rabu, 8 Januari 2020 | 17:00 WIB

MQ-9 Reaper

Baru-baru ini komandan pasukan elit militer Iran (IRGC) Jenderal Qasem Soleimani tewas dibunuh Amerika Serikat (AS) melalui drone (pesawat tanpa awak) yaitu MQ-9 Reaper.

Soleimani tewas dirudal oleh drone tersebut, tidak lama setelah meninggalkan bandara Baghdad, Irak Jumat pekan lalu.

MQ-9 Reaper sering digunakan sebagai alat pengintai terhadap target berprofil tinggi, sensitif terhadap waktu, bisa membantu untuk mencari target dan digunakan untuk operasi perang yang tidak teratur.

Drone itu diterbangkan dari markas US Central Command yang berlokasi di Qatar. Pesawat tanpa awak ini memiliki daya jelajah 1.150 mil dengan kemampuan terbang di ketinggian 50.000 kaki.

MQ-9 Reaper adalah drone yang diproduksi General Atomics Aeronautical Systems. Drone ini diketahui memiliki harga hampir Rp200 miliar per unitnya. Menjadi andalan Angkatan Udara AS dalam satu dekade terakhir, MQ-9 Reaper memiliki jarak terbang yang lebih jauh dan lama, jangkauan sensor yang lebih luas, rangkaian komunikasi multi-mode, dan senjata presisi.

Drone itu mampu dapat membawa 4 misil Hellfire berdaya ledak cukup dasyat dan mampu menghancurkan tank. Hal ini memberikan drone tersebut kemampuan unik untuk melakukan serangan, koordinasi, dan pengintaian terhadap target bernilai tinggi, cepat, dan sensitif terhadap waktu.

Dilansir dari Military.com, pesawat ini dapat melakukan misi dan tugas seperti intelijen, pengawasan, pengintaian, dukungan udara dekat, pencarian dan penyelamatan tempur, serangan presisi dan masih banyak tugas lainnya.

Reaper adalah bagian dari sistem pesawat yang dioperasikan dari jarak jauh. Sistem yang beroperasi secara penuh terdiri dari beberapa pesawat yang dilengkapi sensor dan senjata, stasiun pengendali darat, link satelit utama predator, dan peralatan cadangan bersama dengan kru operasi dan pemeliharaan untuk misi 24 jam.

Awak yang mengoperasikan drone ini terdiri dari seorang pilot. Ia bertugas mengendalikan dan memerintahkan misi dari jarak jauh. Lalu ada seorang awak kru, yang bertugas mengoperasikan sensor dan senjata serta koordinator misi (jika diperlukan).

Sistem dasar MQ-9 mengusung sistem penargetan multi-spektral, yang memiliki rangkaian sensor visual yang kuat untuk penargetan. MTS-B mengintegrasikan sensor inframerah, kamera TV warna/monokrom siang hari, penunjuk laser, dan iluminator laser. Unit ini juga dilengkapi dengan laser range finder/designator, yang secara tepat menunjuk target untuk penggunaan amunisi berpemandu laser, seperti Guided Bomb Unit-12 Paveway II.

Reaper juga dilengkapi dengan radar aperture sintetis untuk memungkinkan penargetan munisi gabungan serangan langsung gabungan GBU-38 di masa mendatang.MQ-9 juga dapat menggunakan empat rudal yang dipandu laser, seperti Hellfire, yang memiliki tingakat kekauratan yang sangat tinggi, anti-armor dan kemampuan keterlibatan anti-personel.

Seperti diketahui, mobil yang ditumpangi Soleimani hancur lebih setelah dihantam empat rudal Hellfire yang ditembakkan Reaper. Sang jenderal top Iran itu tewas dengan kondisi tubuh hancur dan teridentifikasi dari tangannya yang terputus.

Drone RI

Drone PUNA MALE Elang Hitam

Namun tahukah kamu bahwa Indonesia saat ini sedang mengembangkan drone pengintai?

Drone ini dikembangkan konsorsium yang terdiri dari BPPT, Kemenhan, TNI AU, PT DI, PT Len, dan ITB sudah mampu membuat prototipe pesawat drone bertipe Medium Altitude Long Endurance (MALE) bernama 'Black Eangle' atau Elang Hitam.

Deputi Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu Widodo Pandoe kepada CNBC Indonesia, mengatakan unit drone MALE yang hari ini (30/12) mulai roll out atau keluar hanggar PT DI di Bandung adalah prototipe pertama dari rencana empat prototipe hingga 2022.

"Sekarang prototipe pertama untuk development, lalu kedua pada 2020 untuk kepentingan sertifikasi, prototipe ketiga uji struktur pada 2021, dan prototipe ke-empat pada 2022 untuk kombatan," kata Wahyu.

Wahyu mengatakan pada prototipe kombatan, maka drone Male bisa membawa senjata antara lain rudal, bom dan lainnya yang dirancang maksimal berbobot 300 kg. Drone Male ini akan diproduksi oleh PT DI, pihak BPPT hanya menyiapkan proses sampai tahap siap produksi massal termasuk memastikan lolos uji sertifikasi.

Drone Male ini mampu terbang selama 24 jam dan mencapai ketinggian 30.000 kaki, drone ini membawa kamera dan radar. Pesawat ini untuk pengawasan perbatasan yang difungsikan untuk pertahanan dan keamanan wilayah.

"Mampu terbang 30 jam, tergantung pilot, yang kita desain 24 jam," katanya.