Find Us On Social Media :

Irianto Kusumadjaja dan Tekad Mendorong Modernisasi BPR lewat Kreditek

By Wisnu Nugroho, Kamis, 9 Januari 2020 | 13:05 WIB

Irianto Kusumadjaja, CEO Kreditek Financial Access

 

Saat ini perusahaan kredit mikro seperti koperasi dan BPR (Bank Perkreditan Rakyat) harus menjalani masa sulit. Di satu sisi, bank umum semakin agresif menyasar calon nasabah, termasuk menggunakan agen Laku Pandai. Sementara di sisi lain, perusahaan financial technology (fintech) juga kian aktif menyasar pengusaha mikro dan UMKM yang menjadi nasabah tradisional BPR. Belum lagi adanya aturan terkait penambahan modal untuk BPR.

Tak heran jika jumlah BPR terus menurun. Berdasarkan data OJK, jumlah BPR per Januari 2019 adalah 1593 bank, turun dari 1669 bank di tahun 2011. 

Salah satu penyebab BPR saat ini kalah bersaing adalah di sisi teknologi. “Banyak BPR yang melihat fungsi teknologi lebih sebagai fungsi akuntansi atau membuat laporan,” ungkap Irianto Kusumadjaja. Apalagi, investasi di sisi teknologi masih terasa sebagai barang mewah yang tidak dapat dijangkau oleh sebagian BPR. 

Hal itulah yang mendorong Irianto membuat Kreditek Financial Access, platform yang bertujuan membantu BPR. “Saya ingin mengembalikan jiwa dan roh BPR ke asalnya dengan dukungan teknologi,” ungkap Irianto.

Mengejar Kecepatan

Irianto memang sosok yang tepat untuk memotret lika-liku industri kredit mikro. Sebelum mendirikan Exlayer Technology Indonesia (induk perusahaan Kreditek), Irianto adalah COO sekaligus CIO Bank Andara yang banyak terlibat dalam perkreditan untuk petani. Berbicara dengan pria ini, Anda akan memahami masalah petani kelapa sawit di Sintang (Kalimantan Barat) atau petani pala di Tobelo (Maluku Utara). 

Masalah klasik para petani salah satunya adalah mendapatkan dana secara mudah dan cepat. Selama ini, BPR bisa menjawab kebutuhan petani tersebut; setidaknya jika dibandingkan bank umum. “Cukup satu minggu, petani bisa dapat pinjaman,” cerita Irianto. Sementara di bank umum, prosesnya bisa memakan waktu berminggu-minggu.

Namun saat ini, kecepatan tidak lagi menjadi keunggulan unik BPR. Perusahaan peer-to-peer lending kini bisa mengungguli BPR dalam hal kecepatan pencairan pinjaman, salah satunya berkat memanfaatkan teknologi. Untuk bisa menandingi perusahaan fintech ini, BPR juga harus mulai menggunakan teknologi.

Hal inilah yang coba disediakan platform Kreditek Financial Access. Pada dasarnya, platform ini melakukan digitalisasi proses bisnis di BPR, mulai dari pengajuan pinjaman, verifikasi pemohon pinjaman, credit scoring, sampai penagihan.

Prinsip kerjanya kurang lebih seperti ini. Petugas pemasaran di lapangan dibekali mobile apps Kreditek yang salah satu fiturnya adalah pengisian dokumen pemohon pinjaman. Selain untuk mengisi identitas calon peminjam, mobile apps ini juga digunakan untuk mengambil foto calon pemohon atau objek agunan (seperti sawah atau warung) atau mencatat informasi lokasinya (geo-tagging). Data itu kemudian langsung dikirim ke kantor pusat sehingga bisa langsung diproses.

Di sisi backend, platform Kreditek memiliki beragam fitur untuk mempercepat proses. Salah satunya dashboard untuk memonitor perjalanan dokumen. “Jadi bisa terekam kapan data di-upload, kapan manajer mulai mengecek dokumen tersebut, dan seterusnya,” jelas Irianto.