"Masih banyak celah di website Indonesia itu belum secure. Penipuan fraud untuk digital economy masih jadi tren. Ransomeware makin meningkat," kata dia.
Selain itu, Agung memprediksi akan terjadi serangan dalam operasi teknologi di bidang infrastruktur strategis. Kemudian, dalam hal Internet of Things (IoT) yang semakin terkoneksi, sektor perbankan menjadi potensi serangan yang harus diantisipasi.
Tidak hanya itu, seiring dengan transformasi digital yang sedang dilakukan oleh banyak perusahaan, layanan komputasi awan atau cloud juga disebut menjadi potensi serangan siber.
"Ada kejahatan yang sudah menggunakan Artificial Intelligence AI, dan tentunya AI harus dilawan dengan AI, akan menjadi tantangan sendiri," ujar Agung.
Lebih lanjut, teknologi internet generasi kelima atau 5G ternyata juga membawa celah keamanan siber. Sebab, kecepatan internet yang dibawa teknologi 5G juga berdampak pada pencurian data yang semakin cepat.
"Tadinya pencurian data butuh waktu dua sampai tiga jam, dia mungkin hanya beberapa detik saja udah selesai. Itu yang perlu diantisipasi. Perlu ada regulasi kemudian kerja sama pemerintah dengan semua stakeholder," kata Agung.
Agung menambahkan, tanggung jawab keamanan tidak hanya ada secara tunggal di pemerintah tapi juga ada pada pemilik data dan pemilik infrastruktur. Selanjutnya, event olahraga baik internasional maupun nasional, juga diprediksi menjadi target serangan siber.
Pada tahun depan ada gelaran olahraga internasional Olimpiade di Tokyo. Sementara, Indonesia akan menggelar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020 di Papua pada 20 Oktober hingga 2 November 2020.
Namun, Agung mengatakan belum mengetahui apakah konsep perlindungan keamanan siber yang diusung pada event tersebut akan sama dengan ASIAN Games yang berlangsung tahun lalu.
"Kebetulan ada di Papua, secara infrastruktur digital agak berbeda dengan di Jakarta. Kami belum ada koordinasi soal konsep PON di tahun 2020 nanti," ujar Agung.