CEO AirAsia Tony Fernandes menghapus akun Twitter-nya pada 12 Januari 2020 lalu. Keputusan itu membuat bos maskapai penerbangan berbanderol murah ini berhenti total untuk bermain media sosial.
Rehat dari media sosial memang bukan hal yang baru dilakukan oleh CEO atau pendiri perusahaan top dunia. Selain Tony Fernandes, ada beberapa tokoh-tokoh penting lainnya yang memutuskan untuk berhenti total bermain media sosial atau hanya berhenti sebagian.
Sebenarnya, peran media sosial memang akan menjadi penting ketika ia tepat guna dimanfaatkan sebagai sumber untuk meraih informasi terkini dan mengekspresikan diri. Sayangnya, media sosial juga punya sisi gelap bagi mereka yang menggunakannya dengan tidak bijak.
Tony Fernandes (CEO AirAsia)
Tony Fernandes (CEO Air Asia)
Tony Fernandes telah mulai sedikit mengurangi aktivitasnya di media sosial, tepatnya sejak awal tahun lalu. Kala itu, ia menghapus akun media sosial Facebook pada Maret 2019. Langkah itu diambil sebagai bentuk protes dirinya terhadap video penembakan Christchurch, Selandia Baru, yang sempat disiarkan langsung oleh salah satu pelaku di Facebook.
Kemudian, diawal tahun 2020 ini, Tony Fernandes kembali mengambil keputusan penting untuk menutup akun Twitter miliknya. Sekarang ia hanya memiliki dua akun media sosial: Instagram dan LinkedIn.
Alasan Tony Fernandes menghapus akun Twitter pribadinya adalah ia merasa platform tersebut telah dipenuhi oleh hal-hal negatif, berita bohong, dan luapan kemarahan para netizen.
“Setelah menutup akun Facebook, kini saatnya untuk menghapus Twitter. Sudah lama menjadi penggemar platform ini, tapi sudah terlalu banyak hal negatif, berita bohong, dan kemarahan. Ini adalah perjalanan yang sangat seru. Saya merasa lebih baik tanpa Facebook dan saya yakin akan jadi lebih baik lagi tanpa Twitter. Media sosial sudah menjadi tempat luapan kemarahan,” tulisnya dalam cuitan terakhir.
Elon Musk (CEO SpaceX dan Tesla)
Elon Musk (CEO Tesla X)
Akun Instagram CEO SpaceX dan Tesla, Elon Musk, telah tiada sejak akhir Agustus 2018 lalu. Pada saat menghilang, para pengikutnya di Instagram mengaku tidak bisa menemukan profil Musk yang sebelumnya memiliki username @elonmusk.
Dalam wawancara dengan komedian Joe Ro di podcast The Joe Rogan Experience, Musk kemudian mengungkapkan bahwa Instagram membuat orang tampak lebih tampan dan lebih bahagia daripada yang sebenarnya, dan dapat memiliki efek negatif.
Musk merasa bahwa melihat orang yang menarik dan bahagia di media sosial akan membuat orang berpikir, "Aku tidak begitu tampan dan aku tidak begitu bahagia. Jadi aku harus payah," ujarnya.
"Ketika, pada kenyataannya, orang-orang yang Anda pikir sangat bahagia - sebenarnya tidak bahagia. Benar-benar tertekan, mereka sangat sedih," kata Musk dilansir Business Insider.
Selain Instagram, Musk juga menghapus dua laman resmi perusahaannya, Tesla dan SpaceX, yang masing-masing telah memiliki 2,6 juta pengikut di Facebook. Saat itu, Musk mengikuti gerakan #DeleteFacebook yang digagas oleh Brian Acton, pendiri WhatsApp.
Brian Acton (Co-Founder dan Mantan CEO WhatsApp)
Brian Acton (Pendiri WhatsApp)
Salah satu pendiri dan mantan pemimpin WhatsApp, Brian Action, memilih menghapus akun Facebook-nya menyusul terungkapnya skandal pencurian data pengguna Facebook pada tahu 2018 lalu. Kala itu, data pengguna Facebook diduga dimanfaatkan untuk kampanye pemenangan Presiden Donald Trump pada pemilu tahun 2016.
Tidak hanya berhenti menghapus akunnya, Acton juga ikut gerakan di media sosial Twitter yang ramai dengan hashtag atau tanda pagar #deletefacebook. Dalam akun resmi Twitter-nya, Acton berkicau dengan kalimat pendek 'it's time #deletefacebook' melalui akun @brianaction.
Pada September 2017, Acton memilih berhenti dan memulai yayasannya sendiri yang kini tengah mengembangkan aplikasi pesan bernama, Signal. Dilansir The Verge, Acton bukanlah mantan eksekutif Facebook pertama yang mengekspresikan kegelisahan tentang perusahaan yang ditinggalkannya.
Steve Wozniak (Co-Founder Apple)
Steve Wozniak (Pendiri Apple)
Salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, telah meninggalkan Facebook karena kekhawatiran yang semakin besar terhadap kecerobohan yang dilakukan media sosial milik Mark Zuckerberg itu dalam menangani informasi pribadi pengguna.
"Pengguna memberikan setiap detail kehidupan mereka ke Facebook dan ... Facebook menghasilkan banyak uang dari iklan ini," katanya dilansir USA Today. "Keuntungannya semua didasarkan pada info pengguna, tetapi pengguna tidak mendapatkan keuntungan apa pun," ujarnya.
Wozniak mengatakan, dia lebih suka membayar untuk Facebook daripada mengeksploitasi informasi pribadinya untuk iklan. Dan dia memuji Apple karena menghormati privasi orang.
"Apple menghasilkan uang dari produk-produk bagus, bukan dari Anda," kata Wozniak. "Seperti kata mereka, dengan Facebook, kamu adalah produknya," ujarnya.