Jika ada profesi yang kebutuhannya paling melesat dalam satu dekade terakhir, itu adalah data scientist. Pada tahun 2012, Harvard Business Review menyebut data scientist sebagai “sexiest jobs of 21st century”. Studi IBM di tahun 2017 memprediksi, kebutuhan akan data scientist akan naik 28% di tahun 2020 ini. Prediksi ini sejalan dengan riset IDC berjudul Worldwide Technology Employment Impact Guide 2019 yang menyebut kenaikan kebutuhan data scientist di tahun ini akan mencapai 13,7%; tertinggi dibanding profesi TI lainnya.
Secuplik data tersebut seperti menasbihkan data scientist sebagai profesi TI paling dicari saat ini. Salah satu sosok yang telah berkecimpung di profesi ini adalah Ardya Dipta Nandaviri, senior data scientist di Gojek. “Di era digital ekonomi, muncul peluang yang sangat besar untuk bisa memanfaatkan big data dalam membuat keputusan,” ungkap Dipta ketika kami tanya mengapa data scientist kini semakin banyak dicari.
BACA JUGA: Rekomendasi Kursus Online jika Anda ingin menjadi Data Scientist
“Informasi menjadi berharga jika benar dan cepat. Data scientist dibutuhkan untuk memberikan informasi dengan tepat dan cepat dalam membantu memberikan keputusan lebih baik,” tambah Dipta.
Berawal dari Robot
Keterlibatan Dipta di dunia data science sebenarnya berawal dari robot. “Sejak kecil saya selalu bermimpi bisa membuat robot,” kenang Dipta. Karena itulah saat berkuliah di Teknik Elektro ITB, Dipta membentuk tim robotika ITB sembari ikut berbagai kompetisi robot. Ketertarikan dengan dunia robot juga yang membuat pria ini kemudian melanjutkan pendidikannya di Carnegie Mellon University (CMU), Pittsburgh, AS.
Setelah sukses meraih gelar Master di bidang Robotic System Development, Dipta sempat bekerja di CMU dan Caterpillar, Inc. “Project yang saya kerjakan adalah self-driving mining truck, di mana saya mengimplementasikan Machine Learning untuk obstacle detection. Saya juga mengerjakan proyek komersial CMU dengan salah satu perusahaan otomotif dari Jepang untuk membuat self-driving ATV,” tambah pria pendukung tim sepakbola Liverpool tersebut.
Setelah bekerja sekitar dua tahun di negeri Paman Sam, Dipta terpanggil untuk kembali ke Indonesia. Ia pun mencari pekerjaan di Indonesia yang memungkinkannya mengaplikasikan keahliannya di bidang robotik dan machine learning. “Ternyata data science sangat relevan dengan machine learning,” ungkap Dipta.
Dipta pun kemudian bergabung dengan Amartha, salah satu perusahaan fintech di bidang P2P lending. Tugas utama Dipta di Amartha adalah membuat credit scoring calon nasabah dengan memanfaatkan machine learning. “Di Oktober 2017, saya bergabung dengan Gojek sebagai data scientist pertama di kantor Gojek Jakarta,” cerita Dipta.
Di Gojek sendiri, pemanfaatan data menjadi krusial. “Tugas utama kami adalah memberikan social impact dan meningkatkan efisiensi menggunakan advanced statistics dan machine learning. Bisa dibilang, kami membangun Impactful Machine Learning,” cerita Dipta. Implementasinya mulai dari matchmaking driver dan konsumen, membuat sistem rekomendasi Go-Food, sampai fraud detection untuk membasmi order fiktif.
Praktis, hampir setiap layanan Gojek memiliki data science di belakangnya. “Dan yang lebih menarik, ruang untuk berkembang selalu ada,” tambah Dipta. Apalagi, menurut Dipta, manajemen Gojek sangat serius menjadikan data sebagai mesin pertumbuhan perusahaan, sehingga data scientist memiliki peran yang cukup besar di sana.
Skillset yang Dibutuhkan
Karena fungsinya yang krusial, data science di Gojek dituntut memiliki kemampuan yang end-to-end. Selain kemampuan di bidang statistik, machine learning, dan computer science, data scientist di Gojek juga harus memahami sisi bisnis. Termasuk, bagaimana mendefinisikan problem bisnis menjadi problem data science.
Namun Dipta menegaskan, peran data scientist ini berbeda di tiap perusahaan. “Setahu saya, di beberapa perusahaan lain, data scientist-nya sangat fokus ke riset yang mendalam, sehingga pemahaman bisnisnya kurang dibutuhkan,” tambah Dipta
Apapun fungsinya, seorang data scientist harus menguasai software seputar data. Seperti diungkap Dipta, salah satu software utama yang harus dikuasai adalah bahasa pemrograman Python. “Karena Phyton dapat digunakan di belahan dunia manapun dan memiliki koleksi library yang sudah sangat umum dan open source,” ungkap Dipta menjelaskan. Selain Python, alternatif bahasa pemrograman lain adalah R.
Selain Python dan R, Dipta menyarankan pembelajaran software data visualization libraries (seperti Matplotlib, plotly atau seaborn untuk Python, ggplot untuk R), machine learning libraries (scikit-learn, tensorflow, xgboost untuk Python), serta dashboard software (Tableau dan Metabase).
Suasana kerja tim data scientist Gojek
Jika Anda tertarik menjadi data scientist, Dipta memiliki rekomendasi beberapa kursus online yang sebagian besar bisa diakses secara gratis. “Machine Learning oleh Andrew Ng di Coursera menurut saya online course terbaik saat ini untuk memahami machine learning secara mendalam,” ungkap Dipta. Sedangkan untuk mempelajari probabilitas dan statistik, Dipta menunjuk Statistics and Probability (Khan Academy) dan Harvard Stats 110 (Youtube).Dipta sendiri memiliki komitmen pribadi untuk mencetak lebih banyak data scientist di Indonesia. Itulah mengapa ia, bersama data scientist dari Traveloka dan Tokopedia, bergabung menjadi pengajar di Bangkit, sebuah program pelatihan data scientist yang diinisiasi Google.
“Saya tertarik menjadi pengajar di Bangkit karena masih banyak orang-orang berpotensi di luar sana yang bisa dibantu, dan saya ingin membantu mereka,” ungkap pria ramah ini. “Di sisi lain, mengajar berarti membantu saya untuk belajar juga, karena dengan mengajar itu akan semakin memperkuat pemahaman kita terhadap sesuatu,” tambah pria yang hobi scuba diving ini.
“Kita tidak pernah tahu kapan ilmu yang kita sampaikan bisa memberikan manfaat dan mungkin mengubah hidup orang lain. Dan saat itu terjadi, semoga menjadi amal jariyah,” tutup Dipta.