Memperbesar Segmen
Keputusan Apple merambah segmen menengah ini terbilang menarik sekaligus beresiko. Di satu sisi, iPhone dengan harga lebih terjangkau akan meningkatkan peluang Apple di pasar potensial namun sensitif dengan harga, seperti China, India, dan Indonesia. Apalagi saat ini, ketika harga iPhone premium seperti iPhone 11 Pro Max terus melambung harganya.
Namun di sisi lain, Apple dan iPhone selama ini identik dengan pasar yang eksklusif. Berkat harga yang tinggi, iPhone hanya dimiliki segelintir orang yang rela mengeluarkan uang belasan juta untuk sebuah smartphone. Ketika eksklusifitas tersebut berkurang akibat munculnya iPhone murah, Apple beresiko kehilangan penggemar fanatiknya.
Namun jika ditilik lebih dalam, Apple sepertinya tidak lagi bisa mengandalkan iPhone untuk pertumbuhan ke depan. Dari laporan keuangan terbaru Apple tersirat, saat ini bisnis yang lebih menjanjikan bagi Apple adalah layanan (services).
Layanan seperti iCloud, Apple Music, dan apps menyumbang US$12,7 miliar (atau sekitar Rp.177 triliun) pada kuartal pertama 2020 ini. Angka ini naik 17% dibanding kuartal yang sama tahun lalu.
Apple menyadari, bisnis layanan akan terus tumbuh jika basis pengguna iPhone juga terus bertambah. Jadi iPhone murah ini memiliki dua misi besar: meningkatkan angka penjualan iPhone sekaligus memperbesar basis pengguna agar bisa dimonetisasi lebih lanjut.