Find Us On Social Media :

Disindir Erick Thohir Bisnisnya Ketinggalan Zaman, Ini Strategi Telkom

By Adam Rizal, Selasa, 26 Februari 2019 | 15:00 WIB

Menteri BUMN Erick Thohir

Menteri BUMN Erick Thohir kerap menyindir PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) yang dianggapnya menerapkan model bisnis ketinggalan zaman.

Menanggapi hal tersebut, Vice President Corporate Communication Telkom Indonesia Arif Prabowo mengatakan bahwa sindiran Erick merupakan motivasi bagi pihaknya untuk mempecepat transformasi ke arah bisnis berbasis digital.

"Bisnis Telkom memang akan mengarah ke sana (digital)," ujar Arif ketika ditemui KompasTekno di sela acara Press Conference Indohome 2020.

"Karena kami berangkatnya dari telco company, kami akan menjadi digital telco company. Kami tidak meninggalkan connectivity dan tetap menuju ke arah digital company," imbuhnya.

Arif tak mengurai proses transformasi Telkom menjadi "digital telco" secara rinci lewat roadmap atau perencanaan lain.

Namun, dia mengatakan Telkom harus mematangkan bisnis yang sudah ada terlebih dahulu. Telkom sekarang sebenarnya sudah memiliki bisnis digital seperti big data, cloud, dan data center. Tapi Arif menilainya masih belum cukup.

"Permasalahannya saat ini apa yang sudah kami miliki itu harus kami percepat. Apakah cukup sampai situ? Kami harus merambah sektor-sektor lain," kata Arif.

Menteri Erick sendiri sebelumnya mengatakan bahwa sindiran-sindiran yang dilontarkannya bukan bermaksud mendiskreditkan Telkom, melainkan memacu perusahaan tersebut agar bertransformasi mengikuti perkembangan zaman.

"Saya memacu untuk inovasi dan kalau bisa pas ada senggolan itu, bisa mempercepat mengubah bisnis dari old ke new,” tutur Erick di Gedung DPR RI, Jakarta, pekan lalu.

Mending Tidak Ada Telkom

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir mengkritisi kinerja PT Telekomunikasi Indonesia atau Telkom. Kritik tertuju pada minimnya kontribusi Telkom bagi negara.

Erick menilai, kontribusi Telkom yang belum besar bagi negara, karena sebagian besar pendapatan perusahaan itu hanya berasal dari anak perusahaannya, yakni Telkomsel. Karenanya, akan lebih baik jika hanya Telkomsel saja yang langsung di bawah kementerian.

"Saya juga enak (kalau) jadi Telkom. Telkomsel dividen, revenue Telkomsel digabung ke Telkom hampir 70 persen. Mendingan tidak ada Telkom, langsung aja dimiliki oleh Kementerian BUMN, dividennya jelas," kata dia di Menara Mandiri, Jakarta.

Karena itu, dia berharap ke depannya Telkom harus berubah menjadi perusahaan teknologi informasi pelat merah yang benar-benar fokus dalam mengembangkan data-data yang dimiliki dan memanfaatkannya sebagai pusat data di Indonesia. Bukan malah datanya dimiliki negara asing.

"Karena itu, kita mau ke depan yang namanya Telkom berubah, salah satunya ke arah data, big data, dan cloud. Masak cloud-nya dipegang Ali Cloud, database sedemikian besar diambil negara lain," tegas Erick.

Secara bisnis, kinerja Telkom sebagai sebuah grup memang tidak buruk, bahkan masih mencetak laba pada 2019. Hingga kuartal III 2019, Telkom mencatatkan kenaikan laba bersih 15,67 persen secara tahunan menjadi Rp 16,46 triliun.

Sementara EBITDA Telkom naik 11,4 persen secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp50 triliun. Padahal, pendapatan hanya tumbuh 3,46 persen menjadi Rp102,63 triliun.