Find Us On Social Media :

Jika Grab dan Gojek Merger, Pengamat: Mereka Untung, Konsumen Buntung

By Adam Rizal, Kamis, 27 Februari 2020 | 16:00 WIB

Ilustrasi Gojek dan Grab

Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Fithra Faisal menyebut jika benar Grab dan Gojek merger, maka ekosistem pada transportasi online tidak baik karena aktvitas monopoli makin kuat.

"Kalau terjadi monopoli maka bisa berbuat seenaknya. Ujung-ujungnya konsumen dirugikan. Dengan adanya kompetisi maka semakin banyaknya player (pemain di industri ini) itu bagus untuk konsumen dan efisiensi pasar. Meski mergernya masih spekulasi, ya," kata Fithra kepada VIVA.

Seperti diketahui, pemain ride-hailing di Indonesia bukan hanya Grab dan Gojek, meski keduanya masih yang terbesar. Mereka adalah Anterin, Bonceng, Cyberjek, dan Maxim.Jika merger benar terjadi, maka menjadi langkah bisnis besar berikutnya bagi Grab setelah mereka membeli bisnis Uber di Asia Tenggara pada akhir Maret 2018.

Sayang, Grab kena sanksi oleh Singapura karena aksi korporasinya tidak dikonsultasikan terlebih dahulu dan juga melanggar prinsip persaingan usaha.

Kuncinya di tarif

Meski begitu, lewat merger ini mereka akan menjadi layanan ride-hailing terbesar ketiga di dunia, setelah Uber dan Didi Chuxing. Fithra lalu membuat simulasi apabila merger benar-benar terjadi.

"Saya melihat merger akan menyiutkan pasar. Karena konsumen tidak punya pilihan lain. Kita bicara transportasi online. Kalau cuma satu akan jadi monopoli. Memang mereka akan untung besar, tapi praktik monopoli ini akan menimbulkan ketidakefisienan ekonomi," tutur dia.

Selain itu, Fithra menyebut merger pengaruhnya bagi konsumen adalah akan ada pelayanan terburuk serta tarif yang tidak bisa dibandingkan lagi sebab hanya ada satu pemain. Meski berpotensi akan merugikan konsumen, ia melihat potensi transportasi online akan ditinggal konsumen, kecil.

"Begini. Ditinggal sepenuhnya enggak tapi ada potensi besar kalau konsumen beralih ke jenis transportasi lain. Menurut saya sekitar 70 persen. Karena, pengguna Gojek dan Grab kebanyakan berasal dari masyarakat menegah ke bawah. Jadi sangat sensitif dengan tarif," jelas Fithra.

Masih mengganjal

Pada kesempatan terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G Plate, mengaku jika rencana merger merupakan murni masalah bisnis. Ia berharap penyatuan ini bisa meramaikan ruang bisnis di industri digital Indonesia.

"Kalau rencana itu kan aktivitas bisnis semata. Pastinya, kita ingin konsolidasi ini dalam rangka menyemarakkan bisnis di ruang digital Indonesia," kata dia, secara singkat.