“Alasan penggunaan Zoom karena lebih populer dan dapat merekam tampilan layar serta suara saat meeting berlangsung. Saat ini, kami mempunyai 4 akun Zoom berbayar yang digunakan oleh beberapa business unit kami secara bergantian,” ucap Bagus.
Lebih lanjut, dalam menerapkan kebijakan WFH agar para karyawan terhindar dari penyebaran virus Corona, ada beberapa tantangan tersendiri yang dihadapi ATT Group.
Pertama, yakni terkait sistem IT yang berjalan di jaringan lokal perusahaan. Bagus sendiri mengungkapkan bahwa masih ada beberapa sistem yang berjalan secara on-premise dengan data center yang berlokasi di kantor ATT Group.
“Solusinya saat WFH ini adalah kami menggunakan VPN maupun remote desktop ke server maupun PC yang terpaksa kami aktifkan terus menerus. Tim IT Support juga masih full bekerja dari kantor dan standby jika ada kendala jaringan maupun Server,” ujarnya.
Kedua, yaitu kualitas koneksi internet di kantor. Pasalnya, ada beberapa kantor yang kualitas internetnya masih menggunakan jaringan broadband, sehingga bandwidth-nya tidak mencukupi untuk diakses serentak via remote.
“Untuk menjawab tantangan ini, kami memindahkan server dari kantor yang bandwidth internetnya terbatas, ke kantor dengan data center yang internetnya lebih reliable (dedicated internet via fiber optic). Dengan begitu, tim IT Support dapat standby di satu lokasi data center saja dibandingkan harus mobile ke beberapa lokasi data center,” papar Bagus.
Sedangkan tantangan yang terakhir, yakni ketersediaan laptop dalam jumlah besar. Hal itu dikarenakan mayoritas para karyawan yang biasa menggunakan PC saat di kantor, sehingga saat mereka diminta untuk WFH maka banyak yang memerlukan laptop.
“Solusinya, kami mendata siapa saja karyawan yang memiliki laptop pribadi, sehingga hanya rekan-rekan yang belum memiliki laptop pribadi yang perlu untuk kami sediakan laptop,” pungkas Bagus.