Find Us On Social Media :

Terpukul, Pertumbuhan IT Spending Asia Pasifik Hanya 1,2% Tahun Ini

By Liana Threestayanti, Minggu, 5 April 2020 | 16:00 WIB

Akibat COVID-19, pertumbuhan pengeluaran untuk TI (IT spending) di Asia Pasifik tanpa China dan Jepang (APEJC) diprediksi IDC anjlok dari 5,2% menjadi 1,2%.

 

Akibat COVID-19,  pertumbuhan pengeluaran untuk TI (IT spending) di Asia Pasifik tanpa China dan Jepang (APEJC) diprediksi IDC anjlok dari 5,2% menjadi 1,2%. 

Dampak pandemi COVID-19 yang terus meluas mulai mengganggu perekonomian di seluruh dunia, dampaknya mulai dirasakan oleh sektor bisnis dan industri di berbagai skala. Pasar TI pun bukan pengecualian. 

Pada bulan Januari 2020, IDC memprediksi pengeluaran untuk TI (IT spending) tahun ini di APEJC akan tumbuh lebih dari 5,2%. IDC ketika itu optimis proyek-proyek transformasi digital yang dilakukan perusahaan-perusahaan di kawasan APEJC akan mendongkrak pengeluaran untuk Hardware, Software, dan Services. 

Namun indikator-indikator awal di kuartal pertama mengungkapkan bahwa IT spending tahun ini akan turun drastis hingga atau bahkan di bawah 1,2% (skenario terburuk) setelah IDC menyesuaikan dengan dampak COVID-19.   

Penurunan ini juga terjadi secara global. Pertumbuhan IT spending global diperkirakan hanya bisa mencapai 1,3% padahal sebelumnya diprediksi tumbuh hingga 5,1%. 

Seiring ketidakpastian kapan wabah akan berakhir, angka-angka tersebut pun diperkirakan akan terus menurun. 

“Beberapa dampak terbesar yang kami lihat sebagai akibat COVID-19 adalah perubahan permintaan teknologi, proses, dan pola pikir karena terkait dengan himbauan kerja dari rumah dan disrupsi terhadap supply chain," ujar Sandra Ng, Group Vice President, Practice Group at IDC Asia/Pacific.

Sandra menambahkan bahwa tidak semua organisasi memiliki kultur atau pengalaman yang mendukung para karyawannya melakukan kerja dari rumah.  “Bahkan bagi organisasi di industri teknologi, peningkatan kapasitas di jaringan, cloud, dan teknologi lainnya tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya," Sandra menambahkan.   Menurut Sandra Ng, berdasarkan data dari Future of Work Employee Survey 2020, IDC sudah melihat adanya peningkatan pemanfaatan video meeting, audio conference call, dan platform kolaborasi di negara-negara seperti Singapura,  India, Hong Kong, Australia, dan Selandia Baru di mana perusahaan telah menerapkan kerja dari rumah. 

Sementara itu, disrupsi supply chain dimulai di China dan dampaknya mulai terasa di seluruh dunia. Tantangan yang dihadapi pebisnis logistik adalah pengetatan dan pembatasan pergerakan orang dan barang yang diberlakukan oleh banyak negara. 

"Hal ini sangat berdampak pada UKM. Satu sekrup saja tidak terkirim, produk yang lebih besar tidak bisa dirakit dan dikirim, ini pada akhirnya akan berdampak pada semua organisasi," jelas Christopher Holmes, Managing Director, IDC Insights Asia/Pacific.

IDC mengungkap beberapa temuan utama yang dicatat dalam IDC Worldwide February Blackbook Live Edition. Pertumbuhan IT spending ini berdasarkan asumsi nilai tukar mata uang dalam kondisi konstan.

Hardware

Devices (yang mencakup Personal Computing, Mobile Phones dan Peripherals) masih menjadi kontributor utama IT spending keseluruhan. Pengeluaran di kategori ini berkontribusi sekitar 80% dari keseluruhan pengeluaran untuk hardware.  

Dalam skenario terburuk, penjualan device akan sangat terdampak baik di sisi supply maupun demand. Pertumbuhannya diperkirakan  -3%, sementara sebelumnya diperkirakan pertumbuhan IT spending untuk device menacapi +3% tahun ini.

Software

Pengeluaran untuk software pun diperkirakan akan menurun akibat dampak COVID-19 terhadap sektor transportasi, manufaktur, retail, layanan personal dan konsumen, serta perbankan (lending). Dan penurunan pertumbuhan ini akan dirasakan oleh hampir semua kategori pasar software, seperti Application Development and Deployment, Applications, dan System Infrastructure Software. Namun ada pengecualian yaitu di kategori digital workplace, cloud platform dan automation. 

IT Services

IT services spending yang semula diperkirakan akan tumbuh hingga 5,6%, kini prediksi pertumbuhannya di tahun 2020 ini dikoreksi menjadi menjadi 4,6%. Hal ini karena perusahaan melakukan negosiasi ulang terhadap kontrak dengan vendor, terutama untuk perusahaan yang akan memperlanjang atau memperbarui kontrak   Keseluruhan pasar services di APEJ akan mengalami pukulan berat dalam 8 sampai 9 bulan pertama di tahun ini, dan diharapkan kembali normal di bulan-bulan yang tersisa di 2020 (dengan asumsi wabah berhasil diatasi awal kuartal ke-3). 

Data IDC IT Market Spending ini bersumber dari  Worldwide Black Book Live Edition, yang diperbarui tiap bulannya dan berisi prediksi IT spending terbaru untuk pertumbuhan tahunan di 100 negara.