Hal ini turut terlihat dari meningkatnya penggunaan layanan pesan antar online selama wabah COVID-19 ini berlangsung.
Lebih lanjut, akibat wabah ini kini banyak perusahaan startup yang juga harus mengencangkan ikat pinggang agar tetap bertahan.
Dea Surjadi selaku Head of Indonesia Golden Gate Ventures mengungkapkan, “Krisis ini sayangnya tidak akan berakhir dalam waktu yang cepat. Startup harus benar-benar memonitor kondisi keuangan/cash flow nya agar tetap bisa bertahan melalui masa krisis ini."
“Belum ada yang bisa menebak kapan tingkat konsumsi masyarakat dan perekonomian bisa bangkit kembali, jadi berbagai upaya untuk cost dan budget-control perlu dilakukan secara efektif, sebisanya hingga akhir tahun ini. Namun di satu sisi juga penting untuk bisa beradaptasi, mencari kesempatan apa yang bisa diraih di masa perubahan ini. Misal dengan produk berbeda yang bisa ditawarkan ataupun cara menawarkannya,” tambahnya.
Para pengusaha di bidang F&B melihat hal ini sebagai pilihan alternatif untuk mendapatkan omzet. Mereka menjual produk mereka secara online serta membuat promo-promo menarik yang diumbar lewat sosial media.
Apalagi, hal ini juga didukung dengan banyaknya orang-orang saat ini yang lebih memilih menggunakan pembayaran digital untuk urusan pembayaran. Selain lebih praktis, pembayaran digital juga menghindarkan mereka dari resiko penularan virus lewat uang tunai.
Akselerasi Penerapan Industri 4.0 Sebagai Upaya Kebangkitan
Selepas wabah COVID-19 berakhir, dunia akan merasakan perubahan yang besar dalam berbagai macam aspek, terutama bisnis. Penerapan teknologi digital dirasa menjadi sebuah hal yang hukumnya wajib untuk dilakukan.
Terkait hal ini, Business Coach Tom MC Ifle juga turut memberikan pandangannya. Coach Tom berpendapat filosofi berpikir dan cara kerja manusia akan jauh berbeda dan lebih bergantung kepada teknologi.
“Orang-orang akan mengandalkan teknologi dan momen ini bisa menjadi momen akselerasi penerapan revolusi industri 4.0 di Indonesia,” ucap Coach Tom.
Menurutnya, ada 3 faktor penting untuk memastikan bisnis agar tetap berjalan lancar, yakni keuangan, timing, dan karyawan.
“Ketiga faktor tersebut saling berkesinambungan dan melalui banyak tahapan trial and error yang dapat melahirkan pola bisnis baru yang akan berlaku di masa yang akan datang,” imbuh Coach Tom.
Sementara itu, melihat fenomena ini, Jeremy Limman selaku CEO Paper.id berpendapat bahwa wabah COVID-19 ini tidak hanya akan berdampak pada masyarakat dan kaum kesehatan. Tetapi, semua bisnis di berbagai sektor, besar maupun kecil, yang akan menerima dampak secara langsung dan tidak langsung.
“Bagi perusahaan besar atau yang sedang di atas angin saat wabah ini pun harus siap untuk menunjukkan sikap altruisme dalam membantu rekan bisnis mereka untuk mencegah krisis sistemik. Dan tentu semua bisnis sudah harus menyiapkan rencana kontingensi dalam menghadapi krisis pandemi masa depan dari segi digitalisasi proses bisnis, merencanakan cash flow yang lebih kuat dan memperkuat rantai pasokan,” terang Jeremy.
Bukan tidak mungkin akan terjadi perubahan pola kebiasaan di masa depan di mana hal ini mempengaruhi banyak aspek seperti dunia usaha.
“Hal ini bisa menjadi sebuah fenomena yang mendorong munculnya pola kerja baru dengan berpusat pada software atau artificial intelligence sebagai dampak dari perubahan zaman,” ujar Jeremy.