Salah satu pembeda pedagang jaman old dan jaman now terletak pada sistem yang mereka gunakan. Jika sebelumnya pedagang membutuhkan banyak catatan dan perangkat yang mahal untuk mengelola usahanya, kini tidak lagi. Mengelola usaha bisa dilakukan hanya dengan menggunakan smartphone.
Sistem kasir yang awalnya masih manual pun kini berubah menjadi digital. Solusi inilah yang coba ditawarkan oleh Novan Adrian dan Rachmat Anggara melalui aplikasi Qasir. Novan yang menjabat sebagai CEO Qasir menuturkan, ide awal mendirikan Qasir lahir dari pengalaman orang-orang di sekitar mereka yang membutuhkan solusi pengelolaan usaha. Solusi seperti ini memang sudah ada di pasaran, namun Novan melihat solusi yang ada belum mampu menjawab kebutuhan mereka untuk mengelola usaha.
Dari sinilah kemudian muncul ide untuk membuat aplikasi point of sales yang terjangkau bagi mereka yang ingin mengelola usaha. Novan menjelaskan, Qasir tersedia dalam dua platform, yaitu Web dan Mobile Apps. Khusus untuk mobile apps, Qasir baru tersedia untuk Android.
Yang menjadi pembeda Qasir versi Web dan Mobile Apps adalah pada penggunaannya. Mayoritas aktivitas dilakukan dari Mobile Apps. Sedangkan Qasir versi Web hanya untuk melakukan hal-hal yang bersifat management seperti mengelola produk, pegawai, outlet, melihat laporan, dan lain sebagainya, jelas Novan.
Adapun fitur-fitur yang disediakan meliputi pencatatan transaksi, pengelolaan produk dan stok (penyesuaian, pemindahan, pembelian), pengaturan pegawai dan outlet, dan laporan usaha seperti rangkuman penjualan, laporan penjualan harian, laporan penjualan produk, dan lain sebagainya. Untuk memudahkan transaksi, Qasir juga telah mendukung penggunaan Bluetooth printer dan Bluetooth barcode scanner.
Novan menambahkan, Qasir juga sedang mengembangkan fitur ketika pengguna bisa memesan produk dari distributor yang bekerja sama dengan Qasir, khususnya produk-produk FMCG (Fast Moving Consumer Goods). Di awal tahun 2018 ini, Qasir juga akan mulai mengembangkan fitur yang menghubungkan pengguna dengan institusi finansial untuk mendapatkan pinjaman modal.
Tak Harus Online
Novan mengklaim, pengguna Qasir tetap bisa melakukan pencatatan transaksi meski sedang offline. Kami mengerti bahwa koneksi internet merupakan salah satu kendala terbesar di Indonesia, karena itu pengguna Qasir tetap bisa melakukan pencatatan transaksi walaupun tanpa koneksi internet, jelas Novan.
Qasir sendiri berdiri sejak Oktober 2015, namun peluncuran produknya dilakukan Agustus 2016 lalu. Dalam kurun waktu satu tahun ini, Qasir mengklaim sudah mempunyai lebih dari 2.000 pengguna yang didapatkan secara organik dan tersebar di beberapa kota di Indonesia dengan konsentrasi terbesar ada di daerah Jabodetabek. Beberapa tracking & analytic tools seperti Google Analytic, Mixpanel, dan Intercom turut digunakan untuk melacak keabsahan pengguna.
Fokus ke Mikro
Sebagai solusi kasir digital, Qasir membidik pelaku UMKM dengan berfokus ke mikro. Novan beralasan para pelaku usaha mikro ini belum begitu tersentuh teknologi. Padahal dari sisi angka, jumlah UMKM mencapai 3,5 juta. Tanpa teknologi, UMKM ini terancam tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang lebih besar.
Pertumbuhan transaksi mereka cenderung menurun tiap tahunnya dan tidak menutup kemungkinan keberadaan mereka akan tergerus pasar modern (modern trade) apabila tidak diberdayakan dengan ekosistem yang baik, beber Novan.
Berbagai usaha pun dilakukan Novan dan tim untuk memperkenalkan Qasir ke khalayak luas, khususnya UMKM. Kami melakukan pendekatan secara online dan offline, sebut Novan. Pendekatan tersebut di antaranya menyediakan ruang komunikasi dengan pengguna di media sosial serta rajin mengikuti acara komunitas UMKM. Qasir juga juga melakukan kunjungan door-to-door ke pelaku usaha yang sudah terdaftar sebagai merchant dari distributor yang menjadi partner mereka.
Komunitas memberikan teori, Qasir memberikan alat untuk mempraktekkannya (Novan Adrian, CEO Qasir)
Novan mengungkapkan tantangan terbesar selama memperkenalkan Qasir adalah edukasi pengguna. Di mana pada umumnya pelaku UMKM yang dibidik kurang familiar dengan teknologi dan tidak merasa butuh sistem untuk usaha mereka. Walhasil proses edukasi yang mereka lakukan harus dimulai dengan menanamkan cara pandang baru tentang tata cara berdagang yang baik.
Untuk mengatasinya, Qasir pun menggandeng komunitas UMKM yang memang punya misi mengedukasi para pelaku usaha tentang cara yang benar dalam menjalankan usaha agar bisa maju. Komunitas memberikan teori, Qasir memberikan alat untuk mempraktekkannya, tukas Novan.
Saat ini Qasir dapat digunakan secara gratis oleh seluruh pengguna tanpa dipungut biaya sepeser pun. Monetisasinya dilakukan melalui distributor yang menjadi partner Qasir, dimana setiap order yang dilakukan oleh pengguna akan dikenakan biaya ke distributor. Model bisnis yang sama juga dilakukan dengan institusi finansial. Setiap ada pengguna Qasir yang mendapatkan pinjaman maka akan dikenakan success fee yang memang disediakan oleh mereka untuk partner yang membawa nasabah baru.
Dalam waktu dekat startup yang memiliki tim berjumlah 22 orang ini akan bekerjasama dengan digital payment untuk menyediakan pembayaran, baik dari merchant ke distributor maupun consumer ke merchant. Novan pun berharap Qasir bisa menjadi barometer bagi perkembangan UMKM di Indonesia.