Find Us On Social Media :

IDG: Pemimpin TI Tetap Pilih Transformasi Meski Terdampak Pandemi

By Liana Threestayanti, Rabu, 6 Mei 2020 | 08:30 WIB

Pandemi COVID-19 diprediksi belum akan berakhir dalam waktu dekat. Bagaimana para pemimpin TI menyikapinya?

Pandemi COVID-19 diprediksi belum akan berakhir dalam waktu dekat. Bagaimana para pemimpin TI menyikapinya? 

IDG Research menggelar survei bertajuk CIO COVID-19 Impact Study pada medio April lalu. Survei ini diselenggarakan untuk mengetahui bagaimana pandemi ini berdampak pada peran dan prioritas para pemimpin TI, serta melihat sikap mereka terhadap efek jangka panjang COVID-19. 

Saat virus corona mulai mewabah, ujian pertama datang bagi para pemimpin TI: work from home. Ujian yang relatif tidak sulit bagi mereka terutama bagi yang sudah siap dengan kebijakan dan infrastruktur yang tepat. Departemen TI cukup menambah, misalnya kapasitas VPN, video conferencing, dan fasilitas komunikasi, untuk menjaga produktivitas.

Bagian tersulit adalah membuat rencana ke depan. Bagaimana menyusun anggaran tahun depan? Proyek mana yang bisa dilanjutkan, yang mana harus ditangguhkan, atau bahkan dihentikan? Di saat yang sama, sejumlah pertanyaan seputar bisnis pun belum memiliki jawaban.  

IDG memberi catatan bahwa hasil dari survei ini bersifat "preliminary" mengingat pembatasan sosial masih terus berlangsung dan kurva COVID-19 baru mulai melandai. Namun survei ini cukup memberikan insight nyata tentang bagaimana pemikiran para pemimpin TI saat ini yang dapat menjadi petunjuk bagi realita baru TI di lingkungan perusahaan.

Berpikir ulang tentang prioritas pengeluaran

Tentu tak mengherankan jika COVID-19 Impact Study menemukan bahwa proporsi petinggi TI yang berharap dapat meningkatkan IT spending merosot tajam, dari 59% (Desember 2019) menjadi 25% bulan April lalu. Dan tentu sebaliknya, mereka yang akan menekan pengeluaran meningkat dari 7% menjadi 39%. 

Namun yang mengejutkan adalah mereka yang sebelumnya berharap pengeluarannya tidak berubah justru presentasenya naik dari 34% menjadi 40%. Dan menurut IDG, presentase pemimpin TI yang sudah mengantisipasi adanya penurunan pengeluaran tidaklah separah kondisi di masa krismon 2009. 

Survei yang diikuti 414 eksekutif dan manajer TI, serta para profesional di bidang bisnis ini juga mengungkapkan bahwa 45% responden akan memprioritaskan cost control dan expense management.

Lantas, proyek apa yang akan mereka prioritaskan? Di antara para responden, 37% memilih transformasi digital sebagai prioritas utama karena inilah yang dapat membantu bisnis bertahan di masa disrupsi akibat pandemi. Sementara 61% responden sepakat bahwa efek-efek pandemi ini justru mengakselerasi upaya-upaya transformasi digital di berbagai organisasi.

Pelajaran work from home 

Transformasi digital yang sudah dan sedang dilakukan perusahaan sebenarnya mencakupkan upaya "meningkatkan pengalaman bekerja jarak jauh", bahkan menjadi prioritas pertama oleh para responden. Tak kurang dari 71% setuju bahwa "pergeseran ke arah WFH menciptakan pandangan yang lebih positif terhadap kebijakan kerja jarak jauh dan akan berdampak pada perencanaan ruang kerja, pengaturan staf TI, dan pengaturan karyawan secara umum di masa depan." 

Secara umum pergeseran kerja kantor ke rumah di beberapa organisasi berlangsung lebih baik, tapi dua pertiga mengatakan proses ini berlangsung sangat baik. Menurut hasil survei, 68% responden mengatakan bahwa infrastruktur mereka cukup siap, dan 65% mengatakan hal yang sama tentang support system yang ada. 

Keresahan menghadapi ancaman siber

Bekerja dari rumah meningkatkan kerentanan (vulnerability) di sisi perangkat endpoint, terutama ketika karyawan tidak terbiasa menggunakan laptop terkoneksi dengan Wi-Fi rumah. Inilah salah satu alasan mengapa 33% dari responden (dan 51% responden dari kalangan pemerintahan) mengatakan bahwa pengelolaan keamanan akan menjadi fokus mereka dalam waktu 12 bulan ke depan.

Survei juga menanyakan kepada para pemimpin TI tentang rencana penggunaan anggaran yang berhasil mereka hemat dari efisiensi operasional. Empat puluh dua persen responden (dan 52% eksekutif TI) mengatakan bahwa mereka akan berinvestasi pada teknologi baru atau yang sudah diperbarui agar keamanan meningkat. Namun pilihan pertama responden adalah teknologi baru untuk meningkatkan customer engagement dan kepuasan pelanggan. 

Menghadapi realita baru 

Para pemimpin TI dan eksekutif lainnya masih sedang "mencerna" berapa besar krisis yang sedang terjadi--jumlah korban meninggal, pengeluaran yang harus dilakukan, bisnis yang mungkin tidak akan pernah membaik. Namun tiap pemimpin harus menetapkan prioritas yang jelas.

Hasil survei IDG memperlihatkan hasil yang menggembirakan karena para responden tetap mengutamakan inisiatif-inisiatif transformasi karena mereka yakin jika hal ini terlaksana, mereka akan bisa mengurangi biaya. Sementara 41% pemimpin TI menempatkan "redesigning business process" sebagai prioritas utama, dan 36% memilih “developing and refining business strategy.” 

Dari survei ini, IDG menyimpulkan bahwa kebanyakan IT leader sudah berpikir jauh ke depan, bahkan dalam beberapa kasus, para pemimpin TI ini menjadikan krisis sebagai satu indikator untuk melakukan modernisasi operasi dan meninggalkan cara-cara serta proyek yang memboroskan anggaran.