Find Us On Social Media :

Contoh Penerapan Artificial Intelligence (AI) di Layanan DANA

By Wisnu Nugroho, Rabu, 27 Mei 2020 | 11:55 WIB

Inilah contoh penerapan Artificial Intelligence di DANA

Secara prinsip, risk engine DANA akan melakukan classification problem dari sebuah transaksi berdasarkan pola dari berbagai data point yang ada. Jika risk engine menilai transaksi tersebut valid, transaksi akan langsung terjadi. Jika risk engine menilai transaksi itu palsu (fraud), transaksi akan ditolak.

Jika risk engine menilai transaksi meragukan, sistem secara otomatis akan melakukan verifikasi (challenge) ke pengguna. “Bisa di-challenge dengan PIN, OTP, dan lainnya,” tambah Norman. 

DANA pun percaya sistem risk engine berbasis AI ini dapat diandalkan untuk mendeteksi keabsahan setiap transaksi. Tak heran jika mereka berani mengeluarkan program DANA Protection, yang memberi garansi uang kembali kepada pengguna jika terjadi transaksi palsu di platform DANA. 

“Pengguna tinggal menunjukkan data ke kami, dan jika kami mendapati risk engine kami melakukan kesalahan, kami garansi uang kembali,” tambah Norman.

Cara DANA Membangun Sistem AI

Untuk membangun sistem berbasis AI, DANA pun mengambil dua pendekatan yang menjadi best practice di industri selama ini. Yang pertama adalah menggunakan solusi siap pakai untuk skenario AI yang umum atau sudah menjadi komoditi. “Contohnya untuk chatbot atau face recognition, di luar sana sudah banyak tersedia solusi dari pihak ketiga,” ungkap Norman. 

Norman Sasono, CTO DANA

Pendekatan kedua adalah membangun sistem AI sendiri. Pendekatan ini dilakukan untuk kebutuhan yang unik dan solusinya tidak tersedia di pasar. “Apalagi jika data dan jenis datanya unik di industri atau perusahaan kita,” tambah Norman. 

Sistem risk engine DANA adalah salah satu contoh solusi AI yang dibangun sendiri oleh tim DANA. “Jadi kami memiliki tim data scientist dan engineering sendiri, membangun data model sendiri, dan sebagainya,” ungkap Norman.

Meski aktif memanfaatkan teknologi AI, Norman mengingatkan kalau AI tetap memiliki keterbatasan. “AI bukan silver bullet yang bisa menyelesaikan semua masalah,” ungkap pria yang karirnya di dunia teknologi informasi merentang dari Microsoft sampai Bizzy ini. 

Dengan kata lain, perusahaan tetap harus menganalisa skenario di dalam perusahaan yang cocok diselesaikan dengan pendekatan AI, dengan tetap harus mempertimbangkan keterbatasan teknologi AI itu sendiri.