Find Us On Social Media :

Begini Tren Perilaku & Minat Konsumen Pasca Krisis Menurut Survei Gfk

By Liana Threestayanti, Kamis, 28 Mei 2020 | 12:30 WIB

Survei Gfk menemukan bahwa penjualan ritel barang-barang elektronik sangat terdampak oleh situasi COVID-19 dan mengalami penurunan lebih dari 60 persen.

 

Survei Gfk menemukan bahwa penjualan ritel barang-barang elektronik sangat terdampak oleh situasi COVID-19 dan mengalami penurunan lebih dari 60 persen. Tiga kategori produk yang paling terdampak, di antaranya, adalah smartphone, komputer tablet, dan televisi.

Wabah COVID-19 di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai Bencana Nasional oleh Pemerintah Indonesia menyebabkan kota dan kabupaten di banyak wilayah Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tak pelak, mobilitas dan aktivitas masyarakat di luar rumah pun menjadi lebih terbatas. Dan hal ini pada gilirannya berdampak pada terjadinya perubahan perilaku beli dan pengeluaran belanja masyarakat.

Survei Gfk, Consumer Pulse, mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia memilih untuk menunda pembelian barang-barang seperti smartphone, komputer, elektronik, peralatan rumah tangga, perawatan mobil, dan jasa renovasi rumah.

Penjualan ritel dari barang-barang elektronik termasuk yang sangat terdampak oleh situasi COVID-19. Penjualan barang-barang elektronik mengalami penurunan lebih dari 60 persen dari nilai penjualan pada awal April 2020 (dibandingkan awal April 2019). Tiga kategori produk yang paling terdampak diantaranya adalah smartphone, tablet, dan televisi.

Namun di sisi lain, terjadi peningkatan permintaan pada kategori produk, seperti hiburan, kecantikan, dan produk keuangan. Hal ini tak lepas dari berkurangnya waktu yang dihabiskan masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah hingga 80% menurut hasil riset Gfk. Bahkan, di antara responden yang memiliki kemungkinan work from home (WFH), 50 persen di antaranya menjalankan aktivitas kerja di rumah secara full time.

Hasil penelitian juga memperlihatkan, terdapat 55 persen pelajar yang merasa menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar di rumah. Hal ini disebabkan penerapan kebijakan penutupan sekolah yang telah dilakukan sejak Maret 2020, sehingga pelajar di Indonesia kini melanjutkan aktivitas belajar dari rumah melalui berbagai platform belajar online dan video conference.

Selama menjalankan berbagai aktivitas dari rumah, waktu luang yang dimiliki masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar 51 persen. Sebagian besar responden menyatakan, mereka menghabiskan waktu luang dengan melakukan aktivitas internet browsing (88%), menonton video (75%), membaca dan menonton berita (68%), menonton serial dan drama di TV (65%), mendengarkan musik streaming (65%), menghubungi keluarga dan kerabat melalui aplikasi video call dan pesan (59%), serta berbelanja online (52%).

Terkait perilaku belanja online, hasil riset Gfk menunjukkan bahwa responden melaksanakan belanja online lebih sering dari biasanya guna membeli kebutuhan sehari-hari seperti makanan, produk kebersihan, dan perawatan pribadi. Terdapat 14% responden yang menyatakan lebih memilih untuk eksklusif berbelanja online. Namun setengah dari masyarakat Indonesia masih memilih untuk berbelanja langsung di toko dibandingkan.

Data riset juga memperlihatkan peluang dan ancaman bagi produk dan merek tertentu saat situasi krisis seperti ini. Sebanyak 53 persen konsumen mengalami kehabisan stok produk dan 28 persen konsumen mencoba merek-merek baru. Tantangan lain yang dihadapi konsumen Indonesia adalah harga yang lebih tinggi untuk beberapa produk keperluan sehari-hari, seperti yang diakui oleh lebih dari setengah responden (55%).

GfK menggelar riset Consumer Pulse untuk menggali lebih dalam perilaku konsumen saat ini dan di masa mendatang, gaya hidup, dan mood di 30 negara, termasuk Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap 500-1000 konsumen dari setiap negara setiap minggunya. Hasil riset mencakup analisa kebiasaan pengeluaran belanja, konsumsi media dan produk, serta tren mobilitas dan perjalanan konsumen.

“Setelah pemerintah menerapkan aturan dalam mengatasi krisis COVID-19, perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor industri sebaiknya melakukan penyesuaian bisnisnya mengikuti perubahan kebutuhan konsumen,” kata Karthik Venkatakrishnan, Regional Lead, GfK Digital Research, Asia Pasifik & Timur Tengah. “Hasil riset ini menyediakan informasi mendalam sebagai referensi bagi para pelaku bisnis dan pemilik merek di berbagai kategori untuk mengeksplorasi peluang-peluang yang bisa memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan bisnis di masa mendatang serta mendukung pemulihan bisnis mereka secara efektif pasca krisis,” Karthik menambahkan.

Kecemasan Konsumen Terhadap Kondisi Kesehatan dan Ekonomi Masyarakat