Banyak diminati, software pengawasn di tempat kerja ini juga mengundang kritik karena dianggap dapat mengurangi kepercayaan bahkan merusak moral karyawan. Beberapa serikat pekerja mengkritisi bahwa sistem semacam itu boleh dipasang setelah perusahaan berkomunikasi dengan karyawan.
“Software ini dapat menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan yang besar antara pekerja dan manajemen perusahaan," ujar Cori Crider seperti dikutip dari MIT Technology Review. Cori adalah seorang penasihat hukum dan Co-Founder Foxglove, sebuah firma hukum nirlaba berbasis di Inggris yang aktivitasnya adalah mencegah pemerintah dan perusahaan besar menyalahgunakan teknologi.
Cori juga mengingatkan potensi bias yang tersembunyi di antara tumpukan data dan sistem terotomatisasi. Bias ini bisa berujung pada tinjauan kinerja karyawan yang tidak fair yang bisa berujung pada pemecatan karyawan.
Menurut Cori Crider ada cara-cara yang lebih baik untuk menyemangati karyawan. Di antaranya dengan menciptakan lingkungan kerja yang membuat karyawan merasa dipercaya menjalankan tugasnya.
Bagian dari Kenormalan Baru
Apapun pandangan berbagai pihak, software semacam ini diperkirakan akan kian banyak di pasaran, salah satunya akibat sistem kerja dari mana saja, termasuk dari rumah, kian diterima sebagai sebuah kenormalan baru.
Tommy Weir, CEO Enaible, meyakini bahwa software workplace monitoring akan menjadi sesuatu yang mainstream.
Enaible mengklaim bahwa Bea Cukai Dubai mulai mengimplementasikan software AI Productivity Platform, dengan tujuan melakukan "penghematan payroll" hingga US$75 juta dalam waktu dua tahun.