Find Us On Social Media :

Contoh Penerapan Artificial Intelligence untuk Produktivitas Karyawan

By Liana Threestayanti, Selasa, 9 Juni 2020 | 16:30 WIB

Ilustrasi xontih penerapan Artificial Intelligence untuk mengukur produktivitas karyawan.

Contoh penerapan Artificial Intelligence (AI) untuk hal yang satu ini tak hanya menuai atensi korporasi tapi juga mengundang kontroversi.

Penerapan tool untuk memantau dan mengukur kinerja karyawan kian marak belakangan ini, terutama sejak kebijakan Work From Home diterapkan banyak perusahaan akibat adanya pandemi COVID-19. 

Enaible, salah satu startup penyedia tool semacam itu, ingin melangkah lebih jauh dengan menyematkan kemampuan AI.  

Penerapan AI dilakukan Enaible dengan mengembangkan software machine learning untuk mengukur kecepatan karyawan dalam menyelesaikan berbagai tugas. Software ini juga dapat memberikan saran agar karyawan dapat menunaikan tugasnya dengan lebih cepat.

Tool ini juga dibekali fitur untuk menampilkan productivity score sehingga manajemen perusahaan dapat mengidentifikasi yang berprestasi dan yang biasa-biasa saja, bahkan yang tidak berhasil mencapai target.  

Begitu terpasang, software ini akan berjalan di belakang tiap saat. Menggunakan algoritme bernama Trigger-Task-Time, sistem akan mempelajari workflow tiap karyawan: apa pemicu, misalnya e-mail atau panggilan telpon, yang akan membawa karyawan mengerjakan tugas tertentu dan berapa lama penyelesaiannya. 

Begitu sistem memahami pola perilaku kerja karyawan, sistem akan memberikan skor produktivitas antara 0 dan 100. Sistem AI ini bersifat agnostik terhadap jenis tugas. Artinya, perusahaan dapat tetap membandingkan skor karyawan meskipun mereka melakukan tugas yang berbeda. Skor produktivitas juga mencerminkan bagaimana pekerjaan karyawan dapat meningkatkan atau justru mengurangi produktivitas karyawan lain dalam satu tim. 

Para ahli berpendapat sistem bernama AI Productivity Platform ini bagus diaplikasikan pada para pekerja yang melakukan tugas-tugas repetitif, misalnya di call center atau di departemen customer service. Dan ada keterbatasan ketika harus mengukur produktivitas karyawan dengan tugas-tugas yang kompleks atau di bidang kreatif. 

Namun ide software ini untuk mengukur kinerja karyawan berdasarkan skor dan memberikan penghargaan jika kinerjanya bagus atau mengecek ulang bila target tidak tercapai. 

Enaible juga membekali softwarenya dengan algoritme Leadership Recommender. Algoritme ini dapat mengidentifikasi titik-titik tertentu pada workflow seorang karyawan yang bisa dilakukan dengan lebih efisien.  

Data ini memang bisa "menyingkirkan" peran pekerja manusia, digantkan oleh otomatisasi. Namun sisi baiknya adalah alih-alih menyingkirkan, perusahaan dapat memberikan tugas yang lebih bernilai kepada pekerja tersebut. 

Mengapa software produktivitas ini menarik minat perusahaan? Mengukur produktivitas sudah dilakukan perusahaan sejak sebelum era komputasi. Namun AI memungkinkan perusahaan mendetailkan proses pengawasan terhadap karyawan. Tak mengherankan jika software ini menarik bagi perusahaan, terutama saat ini di mana perusahaan membolehkan banyak karyawannya bekerja dari rumah.

Dirundung Kritik dan Bias

Banyak diminati, software pengawasn di tempat kerja ini juga mengundang kritik karena dianggap dapat mengurangi kepercayaan bahkan merusak moral karyawan. Beberapa serikat pekerja mengkritisi bahwa sistem semacam itu boleh dipasang setelah perusahaan berkomunikasi dengan karyawan. 

“Software ini dapat menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan yang besar antara pekerja dan manajemen perusahaan," ujar Cori Crider seperti dikutip dari MIT Technology Review. Cori adalah seorang penasihat hukum dan Co-Founder Foxglove, sebuah firma hukum nirlaba berbasis di Inggris yang aktivitasnya adalah mencegah pemerintah dan perusahaan besar menyalahgunakan teknologi.  

Cori juga mengingatkan potensi bias yang tersembunyi di antara tumpukan data dan sistem terotomatisasi. Bias ini bisa berujung pada tinjauan kinerja karyawan yang tidak fair yang bisa berujung pada pemecatan karyawan.

Menurut Cori Crider ada cara-cara yang lebih baik untuk menyemangati karyawan. Di antaranya dengan menciptakan lingkungan kerja yang membuat karyawan merasa dipercaya menjalankan tugasnya. 

Bagian dari Kenormalan Baru

Apapun pandangan berbagai pihak, software semacam ini diperkirakan akan kian banyak di pasaran, salah satunya akibat sistem kerja dari mana saja, termasuk dari rumah, kian diterima sebagai sebuah kenormalan baru. 

Tommy Weir, CEO Enaible, meyakini bahwa software workplace monitoring akan menjadi sesuatu yang mainstream.  

Enaible mengklaim bahwa Bea Cukai Dubai mulai mengimplementasikan software AI Productivity Platform, dengan tujuan melakukan "penghematan payroll" hingga US$75 juta dalam waktu dua tahun.