"Samsung sudah terkenal di Indonesia, sementara Hyundai belum." Begitulah kalimat pamungkas yang dilontarkan Kang-Hyun Lee, mantan Vice President Samsung Indonesia ketika berbincang.
Disebut mantan, karena pria yang akrab dipanggil sebagai "pak haji" setelah menjadi mualaf ini memang sudah melepas jabatannya di Samsung Indonesia sejak Januari 2020 lalu.
Setelah meninggalkan Samsung, Lee menjabat sebagai Vice President sekaligus Chief Operating Officer (COO) Hyundai Motor Asia Pacific.
"Saya diminta Hyundai Motor untuk membantu bisnis mereka di Indonesia. Sebagai orang Korea, saya merasa bertanggung jawab untuk menjadi bagian dari perusahaan asal Korea sebagai ucapan terima kasih kepada negara saya," ujar Lee.
"Karena saya sebagai top management Samsung, mengundurkan dirinya memang harus akhir tahun. Sehingga saya kerja sampai akhir tahun lalu di Samsung dan awal tahun ini sudah mulai di Hyundai," imbuhnya.
Kepergian Lee dari Samsung Indonesia terkesan diam-diam dan mengejutkan. Pasalnya, ia telah bekerja di perusahaan asal Korea Selatan tersebut selama kurang lebih 28 tahun sejak 1988.
Pada tahun 1993 silam Lee pindah ke Indonesia dan membesarkan nama Samsung di sini. Lee tidak membeberkan alasan mengapa kepergiannya dari Samsung terkesan diam-diam. Namun, Ia mengatakan bahwa Hyundai Motor sudah melakukan pendekatan selama beberapa waktu ke belakang.
"Hyundai mendekati saya sudah berapa kali. Mereka meminta saya pindah ke Hyundai karena saya sudah bikin brand Samsung di Indonesia cukup terkenal," tuturnya.
Lee memang punya peranan penting dalam membesarkan nama Samsung di Indonesia. Lee lah yang pertama kali berjasa memperkenalkan ponsel genggam asal Korea Selatan di Indonesia yang ketika itu masih dikuasai merek legendaris asal Finlandia, Nokia.
Sejarah awal Samsung di Indonesia berasal dari tangan Lee.
Lee mulai bertugas di Samsung Indonesia tahun 1993, setelah pabrik Cikarang di Bekasi, Jawa Barat dibangun dua tahun sebelumnya.
Sebagai pemimpin, dia bertanggung jawab atas banyak hal dalam kegiatan operasional Samsung, mulai dari ekspor-impor, ketenagakerjaan, keuangan, sampai urusan logistik.
Pada 2006, Lee dipindah kembali ke kantor pusat Samsung di Korsel sebagai Head of Digital Air Solution. Setelahnya, Lee sempat didapuk sebagai Managing Director Samsung Bangladesh.
Tahun 2012, "Pak Haji" sudah balik lagi ke Indonesia sebagai Corporate Business Vice President.
Setahun setelahnya, ia menjabat sebagai Corporate Business and Corporate Affair Vice President, PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN).
Tugasnya adalah bertanggung jawab atas hubungan sosial perusahaan dan hubungan dengan pemerintah. Meski sudah pindah ke Hyundai, Lee mengatakan bahwa ia tetap akan membantu bisnis Samsung di Indonesia.
"Tetap nanti kalau perlu bantuan, misalnya masalah B2B atau konglomerasi bisnis besar, semuanya masih kontak sama saya mengenai urusan Samsung. Nanti saya terima, saya jembatani, dan saya lempar ke Samsung," jelasnya.
Belum ada pengganti di Samsung Indonesia
Pihak Samsung Indonesia pun membenarkan bahwa Lee memang sudah tidak bekerja di perusahaan tersebut. Mereka juga memastikan bahwa hingga saat ini jabatan yang tadinya dipegang oleh Lee memang masih kosong.
Samsung Indonesia pun belum mengungkap siapa yang akan menggantikan posisi yang sebelumnya diduduki oleh "Pak Haji" ini.
Selain Samsung, Lee diketahui tergabung dalam asosiasi Indonesia Electronics Association (Gabungan Elektronik Indonesia).
Ia juga menjadi petinggi Asosiasi Pengusaha Seluler Indonesia (APSI). Karena ia kini sudah pindah haluan ke industri otomotif, maka seluruh jabatannya di industri elektronik dan smartphone pun turut ditanggalkan.
"Iya sudah dilepas semuanya, sebagai ketua di Gabungan Elektronik Indonesia juga sudah dilepas, wakil ketua umum handphone APSI juga dilepas per Januari," tuturnya.
Pertimbangan berbulan-bulan Keputusan untuk beralih ke industri lain, merupakan hal yang sulit bagi pria yang juga menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Korea Selatan di Indonesia ini.
Bahkan, Ia mengaku telah mempertimbangkan keputusan tersebut selama berbulan-bulan sampai Ia kesulitan untuk tidur.
"(Selama) delapan bulan saya mempertimbangkan ini pindah atau tidak. Lalu, selama tiga bulan saya benar-benar pertimbangkan dan tidak bisa tidur. Hingga satu titik, akhirnya saya (memutuskan) untuk mencoba industri baru," katanya.
Kucuran dana investasi Hyundai ke Indonesia juga disebut Lee sebagai salah satu daya tarik lain untuk menjajal industri otomotif. Sebab, Hyundai sendiri, menurut Lee, tampak serius untuk menggarap pasar Indonesia, termasuk untuk membangun pabrik mobil sendiri.
Sebelumnya, produsen mobil tersebut hanya mengandalkan agen saja untuk menjual produknya di Tanah Air.
"Hyundai investasi besar ke Indonesia, jadi saya lebih bersemangat karena saya tidak bisa lepas dari Indonesia," ungkapnya.
Terkait investasi, Lee sendiri sempat menyinggung soal Samsung yang lebih melirik Vietnam ketimbang Indonesia untuk investasi skala besar. Ia pun mengaku sudah "merayu" kantor pusat beberapa kali untuk berinvestasi di Indonesia dengan angka yang lebih besar dibanding Vietnam.
Namun, upayanya belum membuahkan hasil. "Sebenarnya saya tetap usahakan mengundang Samsung Korea ke Indonesia, tapi ternyata mereka memang lebih suka investasi ke Vietnam, jadi saya sangat kecewa dan saya sangat sedih," jelasnya.
Kendati demikian, "Pak Haji" tidak menyebutkan apakah masalah investasi Samsung yang lebih condong ke Vietnam ini menjadi alasan kepergiannya dari perusahaan tersebut atau tidak.