Find Us On Social Media :

Startup Diprediksi Terus Lakukan PHK Saat New Normal, Ini Penyebabnya

By Adam Rizal, Jumat, 19 Juni 2020 | 15:30 WIB

Ilustrasi Startup

Pandemi covid-19 memukul telak sektor teknologi terutama industri startup di Indonesia. Beberapa startup seperti Grab, OYO, dan iFlix melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena bisnis terpukul pandemi corona.

Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) dan Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) memprediksi tren PHK bakal terus berlanjut meski memasuki fase normal baru (new normal).

Kepala Bidang Konten dan Komunikasi Internal idEA Vriana Indriasari mengatakan era new normal belum menandakan berakhirnya dampak pandemi pandemi virus corona. Era New Normal hanya salah satu cara pemerintah untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia dari dampak pandemi Covid-19.

"Pemulihan bisnis dari penerapan New Normal dinilai bersifat sementara. Kemungkinan PHK masih sangat bisa terjadi," kata Indri.

Ia berharap pelaku startup tak lengah, meski memasuki fase normal baru. Perusahaan rintisan harus memikirkan strategi agar dapat tumbuh berkelanjutan di tengah pandemi.

"Harus beradaptasi dengan perkembangan yang ada. Harus aware dengan setiap bentuk New Normal yang dilakukan masyarakat sebagai konsumennya," ujar Indri.

Inovasi akan membantu perusahaan rintisan bertahan di tengah pandemi. "Penyesuaian dan inovasi jelas jadi landasan keberhasilan agar bisnis bisa bertahan, atau bahkan kembali on the track seperti sebelum pandemi," katanya.

Sedangkan Ketua Amvesindo Jefri R Sirait menilai, PHK merupakan salah satu kebijakan setiap perusahaan untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya. "Situasi ini menjadi sharing pain. Kondisi ini akan sangat tergantung pada upaya perusahaan," kata dia.

Senada dengan Indri, ia mengingat startup untuk tidak lengah dan tetap menerapkan manajemen krisis. Pelaku usaha harus menentukan strategi untuk saat ini dan masa depan. Sebab, potensi PHK belum bisa hilang.

Ia sempat mengatakan, bahwa startup di sektor pendidikan, kesehatan, teknologi finansial (fintech), dan logistik menkadi sektor yang diincar investor saat normal baru. "Perubahan perilaku yang terjadi, membuat terobosan startup terus berinovasi untuk menjawab respons atas kebijakan social distancing," ujar Jefri.

Ketua idEA Ignatius Untung juga sempat menyatakan, pemangkasan gaji hingga PHK bukan hanya berpotensi dilakukan oleh startup, tapi juga perusahaan pada umumnya, yang tertekan pendapatannya akibat dampak corona. Selain itu, biaya pemasaran pasti dipangkas untuk mendorong efisiensi.

"Komponen terbesar (bagi) sebagian besar startup yakni man power dan pemasaran," kata dia pada April lalu. "Walaupun rumitnya, pemasaran ada korelasinya dengan pertumbuhan."

Startup skala decacorn, Grab juga melakukan PHK terhadap 360 karyawan atau 5% kurang dari total pegawainya, kemarin. Co-Founder sekaligus CEO Grab Anthony Tan berjanji tak akan memecat pekerja lagi hingga akhir tahun ini.

“Saya memastikan bahwa tidak akan ada lagi PHK di organisasi secara menyeluruh pada tahun ini. Saya yakin dengan menjalankan rencana terbaru untuk memenuhi target yang telah ditetapkan, kami tidak akan melalui proses yang menyakitkan ini lagi dalam beberapa waktu mendatang,” kata Tan melalui pesan untuk karyawan, Selasa (16/6).

Beberapa unicorn lain juga dikabarkan melakukan langkah-langkah efisiensi terhadap karyawannya. Bentuknya beragam, termasuk skema merumahkan pegawai tanpa digaji.

Meski begitu, para startup dan unicorn terus berupaya mempertahankan usahanya di tengah masa pembatasan sosial akibat pandemi corona saat ini.

Nikkei Asian Review menyebut, jumlah karyawan yang terkena PHK sekitar 100 orang atau 10% dari jumlah pegawai Traveloka.

“Traveloka merupakan perusahaan yang dikenal disiplin dalam keuangan, tetapi gelombang refund menghantam mereka dengan keras,” ujarnya..

Pada April lalu, iFlix juga melakukan PHK. Selain karena terdampak pandemi corona, perusahaan harus segera membayar utang yang jatuh tempo.