Solusi yang dikembangkan Alfabeta Solusi Nusantara itu merupakan bagian dari Intel Pandemic Response Technology Initiative. Selain Alfabeta Solusi Nusantara, terdapat berbagai perusahaan lain yang terlibat di seluruh dunia seperti halnya Lenovo yang mengakselerasi analisis genomic dan decode dari virus COVID-19. Tak hanya Pandemic Response Technology Initiative, Intel pun telah melakukan beberapa hal lain sehubungan pandemi COVID-19. Intel misalnya telah menyumbangkan alat pelindung diri kepada para pekerja kesehatan dan menyumbangkan US$10 juta untuk membantu aneka komunitas di berbagai belahan dunia.
Alfabeta Solusi Nusantara sendiri menggunakan Intel Movidius yang merupakan vision processing unit dan ditujukan untuk computer vision, untuk secara cepat dan akurat membandingkan hasil rontgen paru-paru dari orang-orang yang diduga mengidap COVID-19 dengan basis data hasil rontgen paru-paru yang terkena COVID-19. Movidius sendiri diakuisisi Intel pada tahun 2016 lalu sebagai bagian dari langkah Intel untuk memperluas portofolio tawarannya. Intel mengklaim telah menghabiskan lebih dari US$40 miliar untuk memperluas portofolionya itu. Selain Movidius Intel contohnya telah mengakuisisi Altera yang menawarkan Stratix yang merupakan FPGA (Field-programmable Gate Array). Keduanya memperluas tawaran Intel dalam hal memproses data. Bila dulu untuk memproses data Intel lebih berfokus pada prosesor untuk keperluan umum (general purpose), bersama tawaran lain, kini terdapat berbagai opsi yang bisa dipilih untuk mendapatkan solusi yang optimal untuk keperluan berbeda.
Tak hanya memproses, Intel juga menilai aspek memindahkan dan menyimpan data adalah hal penting. Wajar mengingat bila hanya memproses data yang dipentingkan, sedangkan memindahkan dan menyimpannya jauh tertingal, insight yang diperoleh pun akan tersendat. Ibarat Anda menggunakan prosesor terkini dengan delapan core, tetapi hanya menggunakan memori utama DDR-SDRAM 1 GB dan media simpan HDD 80 GB. Pada memindahkan misalnya Intel telah mengakuisisi Barefoot Networks yang menawarkan programmable Ethernet switch. Sementara, pada menyimpan, Intel telah mengembangkan 3D XPoint bersama Micron yang ditawarkan dengan nama Optane yang bisa menjadi storage class memory. Intel pun melengkapi berbagai tawaran peranti kerasnya itu dengan peranti lunak dan layanan.
“Kunci dari mengapa kami berusaha pergi melakukan ini semua adalah karena kami benar-benar menilai bahwa terdapat suatu peluang pasar yang sangat besar sekali [diperkirakan sekitar US$300 miliar pada tahun 2024], tidak hanya pada area PC seperti yang Anda kenal akan kami, tetapi pada berbagai area ini yang kami perlu untuk memproses, memindahkan, dan menyimpan data,” pungkas Santhosh Viswanathan sambil menegaskan keinginan Intel untuk melakukan itu semua secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.