Find Us On Social Media :

Alasan Penjualan Proyektor Epson EF-100 Laris Manis Selama Pandemi

By Adam Rizal, Selasa, 21 Juli 2020 | 17:00 WIB

Epson EF-100

Epson EF-100 Series tersedia dalam dua pilihan warna di antaranya hitam (EF-100B) dan putih (EF-100W). Proyektor ini memiliki ukuran panjang 23 centimeter dengan bobot sekitar 2,7kg. Sehingga menghasilkan sebuah proyektor yang memiliki ukuran compact dan mudah untuk dibawa kemana saja.

“Begitu pula dengan proyektor Epson EF-100 Series ini, pengguna tinggal meletakkannya di meja, lalu hubungkan ke listrik dan laptop, hiburan ala bioskop pun langsung tersedia di rumah”, Ujar Zanipar.

Epson EF-100 Series ini dapat memproyeksikan gambar diagonal hingga 150 inci (sekitar 3,2m lebar x 2,0m tinggi). Teknologi 3LCD yang diusung proyektor ini diklaim mampu menghasilkan cahaya sekaligus pewarnaan yang lebih baik pada tampilan proyeksinya.

Teknologi 3LCD ini juga mampu menghasilkan kecerahan hingga 3 kali lipat lebih baik dan tampilan warna 3 kali lipat lebih jernih, sehingga hasil proyeksi mampu memberikan kualitas tajam yang seperti aslinya.

Epson pun mengklaim kalau perawatan proyektor ini sangat mudah. Dengan sumber cahaya laser yang tahan lama dan bebas perawatan, pengguna tanpa perlu mengganti lampu selama masa pakai proyektor tersebut.

Selain memiliki desain yang compact dan mudah diletakan di mana saja, pada bagian bawah proyektor tersedia sebuah slot untuk bracket untuk memudahkan memasang proyektor di atap.

Proyektor ini memiliki tingkat kecerahan 2000 lumens dan rasio kontras mencapai 2.500.000:1. Sebagai proyektor yang dirancang mudah digunakan, Epson EF-100 ini hanya memiliki tiga konektor saja, di antaranya konektor power, HDMI dan microUSB (untuk penggunaan Chromecast). Tidak ketinggalan, Epson pun membenamkan speaker berkekuatan 5W, Audio Jack 3.5mm dan bluetooth audio.

Epson Indonesia membanderol proyektor kecil barunya ini dengan harga Rp18 jutaan.

Stimulus Ekonomi

Hantaman pandemi corona membuat beberapa negara berada di jurang resesi ekonomi termasuk Indonesia. Singapura sendiri resmi menjadi negara pertama di ASEAN yang masuk ke dalam resesi.

Zanipar mengatakan Epson Indonesia berharap tidak ada resesi di Indonesia. Salah satu kunci penyelamatan resesi di Indonesia terletak pada tingkat konsumsi masyarakat. Apalagi, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar.

"Kuncinya di populasi. Makin banyak populasi, makin banyak konsumsi," ujarnya.

kedua, pemerintah juga harus mengucurkan dana-dana stimulus untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Gamer Habiskan Rp17 Triliun untuk Belanja Konten Gim pada Juni 2020