Find Us On Social Media :

Alasan Penjualan Proyektor Epson EF-100 Laris Manis Selama Pandemi

By Adam Rizal, Selasa, 21 Juli 2020 | 17:00 WIB

Epson EF-100

Epson Indonesia masih menunjukan pencapaian penjualan gemilang selama pandemi corona.

Padahal, pandemi itu sukses membuat kontraksi ekonomi Indonesia sehingga menyebabkan daya beli masyarakat berkurang dan perusahaan melakukan efisien pegawai.

Senior Product Marketing Manager Epson Indonesia Zanipar Siadari mengatakan proyektor Epson EF-100 sukses mendapatkan sambutan positif dari masyarakat sejak peluncurannya pada tahun lalu. Penjualannya terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir di Indonesia selama pandemi corona.

"Di lihat dari April ke Juni penjualannya terus meningkat. Bahkan penjualan Juni ke Juli naik 180 persen," katanya dalam jumpa media di Jakarta, Selasa (21/7).

Lantas apa yang membuat penjualan proyektor Epson EF-100 begitu laris?

Zanipar mengatakan kebijakan belajar dan bekerja dari rumah turut mendongkrat penjualan proyektor tersebut. Selama berada di rumah, masyarakat butuh hiburan untuk melepaskan penat dan menonton film adalah solusinya. Karena itu banyak pelanggan Epson yang menggunakan proyektor itu untuk menjadi bioskop kecil di rumah, mengingat pemerintah belum resmi membuka bioskop untuk menekan penyebaran virus corona.

"Ada sebuah restoran di Bandung yang membeli 11 unit proyektor ini dan ditempatkan di sudut-sudut restoran," ujarnya.

Selain itu, proyektor Epson EF-100 juga menjawab kebutuhan pelanggan seperti bentuknya yang sederhana, ringkas dan canggih. Sinar lasernya pun mampu menghasilkan gambar yang lebih detail dan cakupannya yang luas.

"EF-100, simple dan ringkas serta mudah dibawa kemana-mana," pungkasnya.

Baca Juga: Strategi Epson Genjot Penjualan di Indonesia Saat New Normal

Spesifikasi

Proyektor besutan produsen ternama dunia asal Jepang ini terdiri dari dua varian, EF100B dan EF100W. Epson mengklaim bahwa proyektor barunya ini dirancang sebagai proyektor 3LCD Laser terkecil di dunia dan sudah tersedia di pasar Indonesia.

Epson EF-100 Series tersedia dalam dua pilihan warna di antaranya hitam (EF-100B) dan putih (EF-100W). Proyektor ini memiliki ukuran panjang 23 centimeter dengan bobot sekitar 2,7kg. Sehingga menghasilkan sebuah proyektor yang memiliki ukuran compact dan mudah untuk dibawa kemana saja.

“Begitu pula dengan proyektor Epson EF-100 Series ini, pengguna tinggal meletakkannya di meja, lalu hubungkan ke listrik dan laptop, hiburan ala bioskop pun langsung tersedia di rumah”, Ujar Zanipar.

Epson EF-100 Series ini dapat memproyeksikan gambar diagonal hingga 150 inci (sekitar 3,2m lebar x 2,0m tinggi). Teknologi 3LCD yang diusung proyektor ini diklaim mampu menghasilkan cahaya sekaligus pewarnaan yang lebih baik pada tampilan proyeksinya.

Teknologi 3LCD ini juga mampu menghasilkan kecerahan hingga 3 kali lipat lebih baik dan tampilan warna 3 kali lipat lebih jernih, sehingga hasil proyeksi mampu memberikan kualitas tajam yang seperti aslinya.

Epson pun mengklaim kalau perawatan proyektor ini sangat mudah. Dengan sumber cahaya laser yang tahan lama dan bebas perawatan, pengguna tanpa perlu mengganti lampu selama masa pakai proyektor tersebut.

Selain memiliki desain yang compact dan mudah diletakan di mana saja, pada bagian bawah proyektor tersedia sebuah slot untuk bracket untuk memudahkan memasang proyektor di atap.

Proyektor ini memiliki tingkat kecerahan 2000 lumens dan rasio kontras mencapai 2.500.000:1. Sebagai proyektor yang dirancang mudah digunakan, Epson EF-100 ini hanya memiliki tiga konektor saja, di antaranya konektor power, HDMI dan microUSB (untuk penggunaan Chromecast). Tidak ketinggalan, Epson pun membenamkan speaker berkekuatan 5W, Audio Jack 3.5mm dan bluetooth audio.

Epson Indonesia membanderol proyektor kecil barunya ini dengan harga Rp18 jutaan.

Stimulus Ekonomi

Hantaman pandemi corona membuat beberapa negara berada di jurang resesi ekonomi termasuk Indonesia. Singapura sendiri resmi menjadi negara pertama di ASEAN yang masuk ke dalam resesi.

Zanipar mengatakan Epson Indonesia berharap tidak ada resesi di Indonesia. Salah satu kunci penyelamatan resesi di Indonesia terletak pada tingkat konsumsi masyarakat. Apalagi, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar.

"Kuncinya di populasi. Makin banyak populasi, makin banyak konsumsi," ujarnya.

kedua, pemerintah juga harus mengucurkan dana-dana stimulus untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Gamer Habiskan Rp17 Triliun untuk Belanja Konten Gim pada Juni 2020