Find Us On Social Media :

Taman Nasional Bali Barat Jajaki Pemanfaatan AI Untuk Awasi Hutan

By Liana Threestayanti, Senin, 26 Oktober 2020 | 17:30 WIB

Kiri ke kanan: P. J. Bambang Purwanto, Direktur Intelijen Geospasial Badan Intelijen Negara (BIN), drh. Agus Ngurah Krisna Kepakisan, M.Si, Kepala Taman Nasional Bali Barat, Dr. Farianna Prabandari, S.Hut., M.Si, Asisten Deputi Pengelolaan Produk Kehutanan dan Jasa Lingkungan & Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Mohamad Rosidi, Direktur ICT Strategy & Business Huawei Indonesia, dan Fatma Puspitasaru, Kabid Planalogi Kehutanan, Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Taman Nasional Bali Barat menjajaki pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mencegah aktivitas ilegal di lingkungan hutan sebagai upaya konservasi alam Taman Nasional.

Solusi berbasis AI yang akan diterapkan adalah Smart Forest Guardian yang dikembangkan melalui kolaborasi antara

Huawei dengan Lembaga Nirlaba (NGO) Rainforest Connection. Rainforest Connection telah menggunakan teknologi ini di hutan hujan tropis Kosta Rica, Filipina dan beberapa negara lain, di antaranya untuk mencegah pembalakan dan perburuan liar.

"Sebagai penyedia TIK terkemuka di dunia yang telah 20 tahun hadir di Indonesia, Huawei berkomitmen untuk terus mendukung Indonesia dalam mengantisipasi tantangan dan peluang melalui pemanfaatan teknologi. Selama masa pandemi, kami juga telah mengontribusikan teknologi Kecerdasan Arfisial (AI) dan Cloud bagi dunia kesehatan dan pendidikan. Merupakan kebanggaan bagi kami dapat memperluas kontribusi hingga menjangkau bidang lingkungan hidup di Indonesia melalui inisiatif global untuk inklusi digital TECH4ALL yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial Huawei dalam pemberdayaan teknologi digital bagi lingkungan, pendidikan dan kesehatan," ujar Jacky Chen, CEO Huawei Indonesia.

Harmonisasi Sistem & Data untuk Pengawasan Hutan

Dan sebagai bagian dari rencana pemanfaatan AI ini, Kepala Taman Nasional Bali Barat Agus Ngurah menerima kunjungan tim survei lapangan pemerintah pada hari Jumat lalu (24/10). Tim survei tersebut merupakan tim lintas kementerian yang terdiri dari perwakilan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Badan Siber dan Sandi Negara, Badan Intelijen Negara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama tim teknis Huawei melakukan penjajakan kerja sama pilot project CSR Huawei dalam program Tech4All, Smart Forest Guardian. 

Kegiatan ini juga merupakan tidak lanjut  rapat koordinasi yang dilakukan oleh Kemenko Marves bersama dengan Kemenkominfo, KLHK, BPPT, BIN, BSSN, serta Huawei pada Rapat Koordinasi Peningkatan Pengawasan Kawasan Hutan secara virtual pada hari Selasa (06-10-2020).  Menko Marves Luhut B. Pandjaitan yang memimpin rakor mengatakan bahwa peningkatan kawasan hutan menjadi hal yang utama. Ia mengatakan, dengan memanfaatkan teknologi Huawei pihaknya dapat langsung memantau perekaman data melalui suara, untuk dapat membuat data yang lengkap mengenai aktivitas hutan kita di Indonesia.

“Dengan teknologi tersebut, kita dapat mencegah aktivitas illegal yang terjadi di hutan kita. Kami meminta kepada Huawei dan seluruh kementerian dan lembaga terkait untuk dapat mengharmonisasi sistem dan data yang akan dikembangkan untuk dapat menjadi lompatan yang luar biasa dalam pengawasan aktivitas ilegal dalam hutan di Indonesia,” ujarnya.

Pengayaan Sistem yang Sudah Ada

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK Wiratno menjelaskan bahwa saat ini KLHK juga telah memanfaatkan teknologi untuk pengawasan satwa. “Saat ini sudah pakai Camera Trap dan GPS Collar, untuk memantau gajah sumatera,"  jelas Wiratno. Ia menambahkan bahwa dalam kerja sama ini, teknologi AI dimanfaatkan untuk mendeteksi suara yang berada di hutan. "Deteksi suara ini juga dapat memperkaya sistem yang sudah dimanfaatkan KLHK untuk memantau satwa di Indonesia," ujarnya.

Teknologi ini diharapkan membantu pengamanan dan pengawasan hutan dari illegal logging, illegal mining, illegal poaching, pemantauan satwa, wisata alam, serta pengayaan dan pemanfaatan data kehutanan. 

Wiratno menambahkan saat ini Indonesia memiliki 54 taman nasional yang mana sebagian diantaranya merupakan situs warisan dunia (World Heritage) UNESCO. Diketahui, Indonesia memiliki koleksi 400 spesies burung endemik. Hingga dapat dikatakan terbanyak di dunia. Artinya ada 400 jenis burung endemik yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Salah satunya jalak bali yang hanya bisa ditemukan di Taman Nasional Bali Barat.